Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Manisnya Berbohong

20 April 2024   09:35 Diperbarui: 20 April 2024   09:37 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diam-diam kau melakukan permainan

Sungguh rapi namun bau busuknya tidak dapat ditutupi

Kau tahu, apa yang paling kubenci?

Mendapati kau, terus mengulang kebohongan yang sama

***

Seolah tidak berdosa, kau selalu meyakinkanku

Bahwa kau tidak sejahat yang aku pikirkan

Selalu sama, menyepelekan kejujuran yang selalu kau anggap sampah

Marilah, bermain sayang biar aku ajari kau cara bermain

***

Saat ini, aku memang sangat menyayangimu dengan sungguh 

Sekilas kulihat kau pria yang dapat kubanggakan

Namun, sungguh munafik sekali dirimu

Perasaan memudar dan mati rasa semakin kurayakan

***

Kau berharap hubungan yang dibangun susah payah bisa kuat pondasinya

Namun, kau nyalakan kepalsuan 

Itu yang kau pikir baik?

Kau yang menyia-nyiakan kita, mematahkanku, apa kau tahu?

***

Benarkah, aku penjahatnya?

Biar kau puas, sebutlah aku penjahatnya kepada seluruh dunia

Bila sesalmu sudah tiba, tak perlu kau mencariku

Lenyaplah selamnya, tak perlu kau kenal lagi penjahat sepertiku

***

Kebohonganmu sungguh manis

Sampai aku terlena dengan rasanya

Perih dan sakit yang entah kapan pulihnya

Selamat, kau menang menipuku

***

Puisi ini menggambarkan seorang laki-laki dan perempuan yang sedang menjalin hubungan. Yang paling disayangkan adalah apabila dalam sebuah hubungan tidak dilandasi dengan sebuah kejujuran. Di hubungan ini, laki-laki tersebut sering kali bahkan berulang kali berbohong kepada perempuannya. 

Rasanya, pasti sakit dibohongi oleh seseorang yang kita sayangi. Yang mana seharusnya setiap hari dalam hubungan itu, kita memupuk rasa percaya, rasa kasih sayang yang semakin bertumbuh dan berkembang akan tetapi dengan adanya salah satu dari pasangan berbohong kepada perempuanya, jelas itu akan memunculkan keraguan dan ketidakyakinan tentang sebuah tujuan, apakah benar perempuannya adalah tujuan yang selama ini yang akan ia memperjuangkan.

Sangat tidak masuk akal, apabila sebuah hubungan yang ingin dibangun dalam jangka waktu yang panjang dan lama, yang mana ingin selalu bersama tapi tidak dilandasi dan didasari dengan sebuah kejujuran di dalamnya maka sangat mustahil hubungan itu dapat awet dan langgeng karena sebuah kejujuran adalah poin penting dalam sebuah hubungan yang awet dan langgeng.

Oleh karena itu, pesan aku untuk laki-laki yang membaca puisi ini bahwa jangan pernah membiasakan untuk berbohong kepada pasangan kalian yang kadang sebenarnya mereka tahu kalau mereka sedang dibohongi tapi mereka tetap memilih diam. Bahayanya adalah ketika diam dan memendam itu juga yang akan menjadi bom waktu ketika benar-benar sudah capek dan lelah dengan kebohongan-kebohongan yang terus dilakukan.

Mulailah, untuk memperbaiki sikap tersebut, untuk tidak berbohong dan selalu terbuka kepada perempuanmu. Jangan pernah selalu berusaha untuk mengecewakan dan mengandalkan kata maaf untuk bisa memperbaiki keadaan dalam hubungan akan tetapi yang perlu dievaluasi dari diri sendiri adalah untuk memastikan apakah pasangan kita nyaman dengan kebohongan yang terus kita lakukan kepadanya.

Jangan sampai orang yang sangat menyayangimu pergi dengan rasa kecewa kepadamu karena terus kamu bohongi. Bila dirinya sudah benar-benar tidak menoleh sedikitpun kepadamu akan kamu rasakan betapa dingin dan tidak peduli dirinya kepadamu yang sedari awal kamu tahu dia bukan perempuan yang seperti itu. Hangat dan perhatiannya kepadamu akan hilang bahkan kata maaf pun tidak dapat membayar rasa sakit hatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun