Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sudah Bukan Tujuanmu

12 April 2024   07:30 Diperbarui: 12 April 2024   07:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, aku memainkan ponsel usangku kembali

Yang telah mati suri beberapa jam tadi

Aku mendapati kau, tersenyum lebar sungguh manis 

Bersama kekasihmu yang ternyata temanku dulu hingga juga sekarang

***

Aku terkoyak, terpental, perih rasanya lukaku ditiup angin

Dengan baju dan celana sederhana, ala orang kaya yang tak mau riya

Aku siap memenuhi undangan pernikahanmu

Padahal, misiku ingin mengajakmu bersama kembali seperti janji kita dulu kala sama-sama lebih bersiap

***

Gincu berwarna tidak menyala telah ku goreskan di bibirku

Kebaya hitam lagi dan tas hitam lagi, ku pakai hari ini

Senyum palsu kupaksa singgah sebagai hidangan yang basi

Aku tak kuasa menatap ke depan cermin yang sudah tertawa lepas

***

Sebutir air menetas dari dua mataku yang sudah tak tahan kepanasan

Argggrhh, terucap nada marah yang mengecewakan

Ini yang kau ucap cinta? 

Siapa yang harusnya aku salahkan, Tuhan yang tidak adil?

***

Janjimu? Cintaku atau rencanaku? Ini memang salahku

Aku yang bodoh selalu menyalahkan Tuhan, karena ingin mati agar dipeluk?

Kalau tidak jodoh mau Tuhan lagi yang disalahkan?

Sudah tak perlu kau tanya lagi, aku sudah muak dengan jawabannya

***

Aku pasrah, tolonglah berhenti, aku tidak ingin gila karena mati rasa

Bukan suatu kesalahan namun telah menjadi takdir

Rintihan doa lancang telah kudemonstrasikan, demi aku dan kau bersama

Padahal kesejahteraan batin dan fisikku yang Tuhan utamakan

***

Banyak janji kau ucapkan yang kuyakini tempat berlabuh

Lalu aku masih berkata kau milikku selamanya?

Jangan buta, apalagi tuli

Jika kau saja dengan lancang berkhianat

***

Berandai saja tidak cukup apalagi membuat kenyang

Selama itu pula rasa lapar membuatku rakus

Masih memberontak di lambung naik ke hati, ledakan hebat sekali

Jangan tersenyum!

***

Kau suruhku sabar? Hahaha, sabar apanya? Ikhlas apanya?

Aku sudah bukan tujuanmu, kan?

Biarlah aku menemukan kebahagianku

Jangan kembali lagi, menetaplah dengan pilihan masing-masing

***

Puisi ini menggambarkan sepasang manusia yang berjanji saling kembali ketika sama-sama sudah siap untuk menjalani hubungan yang lebih serius yakni pernikahan. 

Akan tetapi salah satu dari mereka berkhianat dan akhirnya seseorang tersebut memilih seseorang yang ternyata teman dekat sekaligus sahabat yang selama ini ia sayangi.  Semua telah berubah, pandangannya terhadap manusia menjadi dingin dan tidak peduli akibat janji-janji yang ternyata sebuah omong kosong. 

Selama ini begitu banyak orang lain yang ingin mendekatinya akan tetapi ia tetap memilih seseorang yang berjanji padanya untuk sama-sama suatu hari nanti untuk kembali saling melabuhkan tujuan yang lebih serius yakni pernikahan. 

Semoga teman-teman yang membaca puisi ini tidak mengalami hal yang serupa karena bila dibayangkan saja rasanya pasti menyakitkan. Namun, apalah daya manusia yang hanya bisa berencana dengan segala proses yang ada namun pada akhirnya yang terbaik tetaplah didasari pada takdir yang Tuhan gariskan. 

Semoga kamu menemukan seseorang yang selalu memegang janjinya dan menepati janjinya untuk sama-sama bersama saling melengkapi dengan tujuan yang selama ini sejak lama telah dibangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun