“Bye... Kakak. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....”
Sesudah hari itu, ke kampus tambah menyenangkan.Dea adalah orang pertama yang mengetahui hal ini. Hampir seisi kampus mengetahui hubungan kami. Walaupun pandangan mata sinis sebagian wanita di kampus selalu tertuju padaku.
Dirga sudah mulai terbiasa dengan keluarga Paman. Kabar bahagia ini juga sudah sampai ke telinga Papa dan Mama. Dirga adalah pria baik, pintar dan perhatian. Kebahagiaan hampir setahun berjalan sampai aku menyelesaikan skripsi dan diwisuda.
Cerita sendu saat wisuda...
Saat itu, hari cerah sekali. Kebahagiaan terlihat di wajahku karena akhirnya Papa dan Mama dapat menemaniku wisuda. Mereka sudah ditempatkan di Indonesia.
Sepulang wisuda, keluarga besar langsung pulang ke rumah. Sedangkan Dirga mengajakku ke restoran dekat kampus tempat biasa kami bertemu.
Sambil memegang tangan, Dirga berkata: “Sayang, sebulan lalu aku dapat tawaran penelitian ke Minessota. Maaf sebelumnya, kalau aku menerima tawaran tersebut. Kemungkinan akan berangkat bulan depan.”
Tiba-tiba kebahagiaan bercampur dengan tetesan air mata. Sedikitpun bibirku tak mengeluarkan kata. Tak terpikirkan untuk menjalin hubungan antara dua benua.
Antara Jakarta dan Minessota...
Waktu itu pun tiba, aku mengantar Dirga ke Bandara. Saat itu, Dirga memeluk erat tubuhku, seakan-akan susah untuk bernafas. Kusadari bahwa antara cinta dan mencapai impian adalah dua pilihan yang sulit.
Hampir 3 bulan Dirga di Minessota, dia mulai menyesuaikan udara di sana. Hubungan kami terus berjalan, aku pun mulai sibuk untuk mencari pekerjaan. Saat 6 bulan pertama, hubungan ini sudah terbiasa. Cerita ini berubah ketika memasuki tahun pertama.