Mohon tunggu...
Nova Anggrraeni
Nova Anggrraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Agribisnis DPPS Universitas Muhammadiyah Malang

Petani dan penghobi tanaman hias anggrek

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Hari Filsafat Sedunia

24 November 2021   13:11 Diperbarui: 24 November 2021   15:31 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

18 November tahun ini diperingati sebagai hari filsafat sedunia (world philoshophy day). Namun tahun 2020 lalu hari filsafat sedunia jatuh pada 19 November. Bahkan tahun 2019 lebih mundur, jatuh pada 21 November. Mengapa demikian?

Hari Filsafat Sedunia digaungkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) oleh UNESCO. Divisi PBB yang fokus pada pendidikan, pengetahuan, dan budaya pada tahun 2002. Pada tahun awal peringatan ini dilakukan terbatas di kalangan pejabat UNESCO dan undangan terkait.

Dilansir dari laman resmi PBB Hari Filsafat Sedunia diperingati pada Hari Kamis ketiga setiap bulan November. Hal ini disahkan dalam konferensi umum UNESCO tahun 2005.

Stigma Filsafat Menakutkan

Banyak stigma yang menyatakan bahwa filsafat itu menakutkan, membuat menjadi gila bahkan sesat dari agama. Demikian jika pragmatis terhadap filsafat membabi buta. Namun sebenarnya tidak.

Kata filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani. Filsafat berasal dari kata philosophia yang kemudian dirubah dalam bahasa Arab menjadi kata dasar buatan yakni falsafah. Philosophia merupakan gabungan dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos yang berarti kekasih, sahabat atau cinta. Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan juga pengetahuan. Dengan demikian philosophia berarti cinta pengetahuan (Muthahhari, 2003).

Orang yang cinta pengetahuan disebut philosophos. Misal; Plato, Aristoteles atau Socrates. Jika dikaitkan dalam serapan bahasa Arab, falsafah adalah usaha yang dilakukan orang yang cinta pengetahuan atau filsuf. Misal Ibnu Sina, Al Kindi, Al Farabi.

UNESCO juga menyatakan bahwa filsafat berasal dari kecenderungan alami manusia untuk memikirkan alam dan seisinya. Mengapa terjadi ?, mengapa bisa ? dan bagaimana bisa terjadi?.  Makna dasar filsafat demikian.

Filsafat kini dimaknai untuk  melihat bentuk kebijaksanaan akan sesuatu melalui pikiran sendiri. Filsafat juga mengajarkan untuk merenungkan juga merefleksi diri sendiri. Mencari apa yang kurang benar. Bahkan untuk terus mempertanyakan kebenaran yang sudah mutlak lalu memverifikasi hipotesis sehingga menemukan kesimpulan.

Maka dalam pola pikir filsuf selalu menerapkan prinsip diatas  di kehidupannya. Dimana  setiap ada persoalan (problem) yang dalam filsafat hal tersebut adalah tesa maka akan dicari antitesa nya. Yaitu tanggapan, opini, pendapat atau komentar kritis terhadap tesa. Jika kedua dasar tersebut bertemu maka lahirlah antitesa. Yaitu kesimpulan dari berbagai premis. Metode ini digunakan untuk mencapai suatu kesepakatan yang rasional (Joko Suwarno, 2014).

Hal ini yang menguatkan bahwa filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan. Dimana selama berabad -- abad filsafat digunakan untuk mendapatkan jawaban. Meskipun berbeda budaya filsafat tetap melahirkan konsep, ide, dan analisis yang bisa diterima akal. filsafat juga yang  telah meletakkan dasar bagi pemikiran kritis, mandiri, inovatif dan kreatif.

Bapak filsafat dunia, Thales (624 SM- 546 SM) dari Miletos. Thales berusaha mendobrak pola pikir Bangsa dan keturunan Yunani waktu itu, dimana sebagian besar selalu mengaitkan segala sesuatu berdasar mitologis. Thales meyakini dan berusaha membuktikan bahwa semua ada pola dan asal muasalnya.

Refleksi Hari Filsafat Sedunia

Filsafat hari ini bukan lagi melawan mitologis atau keyakinan nenek moyang yang turun temurun. Lebih dari itu. Filsafat diharapkan mampu menjawab problem bangsa kekinian. Ekonomi, sosial, budaya juga politik.

Peringatan Hari Filsafat Sedunia selalu mendorong orang yang terlibat untuk melakukan analisis filosofis, penelitian dan studi tentang isu-isu kontemporer. Kajian ini adalah upaya merespon secara efektif terhadap tantangan yang dihadapi umat manusia saat ini. Di era society 5.0 manusia modern harus mampu bersanding dengan teknologi. Maka disinilah pentingnya pengajaran filsafat bagi generasi mendatang.

Hari Filsafat Sedunia 2021 membuka diskusi tentang berbagai interaksi manusia dengan lingkungan sosial, budaya, geografis, dan politik mereka, dengan tujuan mendasar untuk lebih memahami kontribusi filsafat dalam masyarakat kontemporer kita dan tantangan yang mereka hadapi. Filsafat memberikan dasar konseptual prinsip dan nilai yang menjadi sandaran perdamaian dunia.

Pandemi yang belum usai menjadi tantangan tersendiri menginjak tahun  ketiga Covid-19 muncul di dunia. Filsafat diharapkan menjadi jawaban utama dalam penangannya. Vaksinasi yang semakin digencarkan di dunia juga tantangan selanjutnya menjadikan Covid- 19 menjadi endemi. Harus dijawab filsuf modern dengan ilmu dan kepastian. Bahwa filsafat mampu menjadi keyword dan selalu up-date terhadap berbagai persoalan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun