Seperti kita ketahui, potensi kekayaan Indonesia amat kaya. Negara kepulauan yang terdiri dari 13.466 pulau ini terbentang dari Sabang hingga Merauke, menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Di dalamnya terdapat 35 provinsi yang memiliki keberagaman suku,k ebudayaan, bahasa, flora dan fauna. Letak geografis yang strategis dan beriklim tropis, Indonesia memiliki potensi wisata yang bagus untuk wisatawan dan dapat dikunjungi sepanjang tahun.
Namun pada kenyataannya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan di negara tetangga Asia Tenggara. Berdasarkan data ASEAN Tourism Forum (ATF) 2016, jumlah wisatawan terbanyak dipegang oleh Thailand, yaitu 29,8 juta orang dengan menyumbang pemasukan negara USD 42 milyar pada tahun 2015. Sedangkan Indonesia hanya menduduki peringkat keempat di bawah Malaysia dan Singapura dengan jumlah wisatawan 10 juta orang.
Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk menggenjot minat wisatawan mancanegara untuk mengejar target 12 juta orang berkunjung ke Indonesia lewat kampanye ‘Wonderful Indonesia’. Hingga saat ini, Bali masih menjadi destinasi favorit para pelancong dengan memberikan kontribusi sebesar 45% dari total kunjungan wisman secara nasional. Padahal sebenarnya banyak sekali potensi yang bisa digali, terutama bagian Indonesia Timur yang terkenal eksotis. Coba kita lihat Papua, mulai dari dasar laut hingga puncak gunungnya sangat layak untuk menjadi ‘bahan jualan’ bagi para wisatawan.
Untuk itu, jika ingin memajukan potensi pariwisata Papua harus ada kolaborasi yang harmonis antara pemerintah, swasta, dan penduduk lokal. Selain itu perlu adanya pemahaman kesepakatan dalam penyelenggaraan pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan.
Strategi yang selama ini telah dilakukan pemerintah sudah cukup baik untuk mendongkrak jumlah wisatawan untuk berkunjung ke Papua. Dari segi ekonomi kreatif yaitu sering diadakannya acara festival yang mengangkat kekayaan budaya lokal Papua, seperti Festival Lembah Baliem dan Festival Asmat yang sudah mendunia, Festival Danau Sentani, Festival Kamoro, Festival Teluk Humboldt, serta Festival Perbatasan Wonderful Indonesia atau Festival Crossborder di perbatasan Papua Nugini.
Mengembangkan pembangunan infrastruktur di daerah Papua harus ditingkatkan seperti menyediakan bandara bertaraf internasional yang nyaman, akses jalan dan petunjuk jalan yang baik, Ketersediaan jaringan untuk berkomunikasi pun sangat penting karena para wisatawan pasti akan berbagi momennya pada saat liburan lewat media sosial yang menjadi ajang promosi gratis. Rencana pemerintah untuk menyamakan tarif BBM di Papua dengan pulau Jawa pun menjadi kabar gembira karena dapat menekan biaya produksi dan kebutuhan pokok di sana – meskipun hal itu belum terealisasi.
Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan pertambangan emas dan tembaga terbesar di dunia yang sudah beroperasi sejak 1967 turut berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat Papua lewat kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility). Di balik pemberitaan eksploitasi tanah Papua, ternyata PTFI juga berkontribusi besar bagi masyarakat sekitar, khususnya di sekitar area pertambangan perusahaan itu di Kabupaten Mimika.
Papua memang sangat indah dan lengkap. Sudah selayaknya jika wisata Papua menjadi diangkat agar semakin dikenal dunia. Bukan hal yang tidak mungkin jika Papua dapat menjadi ‘Bali’ kedua dengan segala potensi yang dimiliki. Dan yang paling penting, kemanapun kita melangkah harus tetap bertanggung jawab untuk menjaga kelestariannya.
Tulisan ini telah dishare di Facebook dan TwitterÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H