Mohon tunggu...
Anggoro Dwi Handoko
Anggoro Dwi Handoko Mohon Tunggu... Profesional -

Pecinta keluarga yang suka dengan musik dan seni

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sudah Saatnya Pariwisata Papua untuk Maju!

14 Desember 2016   18:08 Diperbarui: 14 Desember 2016   18:34 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti kita ketahui, potensi kekayaan Indonesia amat kaya. Negara kepulauan yang terdiri dari 13.466 pulau ini terbentang dari Sabang hingga Merauke, menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Di dalamnya terdapat 35 provinsi yang memiliki keberagaman suku,k ebudayaan, bahasa, flora dan fauna. Letak geografis yang strategis dan beriklim tropis, Indonesia memiliki potensi wisata yang bagus untuk wisatawan dan dapat dikunjungi sepanjang tahun.

Namun pada kenyataannya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan di negara tetangga Asia Tenggara. Berdasarkan data ASEAN Tourism Forum (ATF) 2016, jumlah wisatawan terbanyak dipegang oleh Thailand, yaitu 29,8 juta orang dengan menyumbang pemasukan negara USD 42 milyar pada tahun 2015. Sedangkan Indonesia hanya menduduki peringkat keempat di bawah Malaysia dan Singapura dengan jumlah wisatawan 10 juta orang.

Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk menggenjot minat wisatawan mancanegara untuk mengejar target 12 juta orang berkunjung ke Indonesia lewat kampanye ‘Wonderful Indonesia’. Hingga saat ini, Bali masih menjadi destinasi favorit para pelancong dengan memberikan kontribusi sebesar 45% dari total kunjungan wisman secara nasional. Padahal sebenarnya banyak sekali potensi yang bisa digali, terutama bagian Indonesia Timur yang terkenal eksotis. Coba kita lihat Papua, mulai dari dasar laut hingga puncak gunungnya sangat layak untuk menjadi ‘bahan jualan’ bagi para wisatawan.

foto: shutterstock
foto: shutterstock
Di laut Papua memiliki Raja Ampat dan gugusan kepulauannya yang sangat indah. Tak heran jika dijuluki sebagai ‘Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi’. Alam bawah lautnya terkenal paling indah di dunia. Di dalamnya juga merupakan habitat pelestarian kekayaan laut dunia – hampir 75% spesies terumbu karang dan 1.500-an spesies ikan hidup di sini, mulai dari penyu, hiu, hingga pari. Kepulauan Raja Ampat menjadi destinasi para penyelam dari seluruh penjuru dunia.

foto: shutterstock
foto: shutterstock
Di daratan Papua terkenal dengan keragaman budayanya. Di atas pulau terluas kedua di dunia setelah Greenland ini terdapat lebih dari 270 bahasa. Belum lagi lebih dari 1.000 suku yang memiliki keunikan dan karakteristik masing-masing. Papua juga memiliki Taman Nasional Lorentz terbesar di Asia Tenggara dan menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak tahun 1999. Habitat burung Cendrawasih pun ada di atas tanah provinsi terluas di Indonesia ini.

foto: shutterstock
foto: shutterstock
Dan yang tidak ada duanya, Papua memiliki salju tropis di puncak Pegunungan Jayawijaya atau dikenal juga Puncak Carstensz. Puncak ini menjadi salah satu Seven Summit dunia, atau gunung tertinggi yang ada di tujuh benua di dunia.

foto: shutterstock
foto: shutterstock
Dibandingkan dengan destinasi wisata di Indonesia, Papua dapat dikatakan masih sulit untuk berkembang. Letaknya yang berada di paling timur, Papua terhambat dengan tidak meratanya pembangunan infrastruktur nasional dan sangat jauh dari pusat ibukota negara sehingga minimnya akses menuju ke sana dengan biaya sangat mahal. Minimnya pendidikan penduduk lokal pun turut mendorong masyarakatnya kurang sadar wisata.

Untuk itu, jika ingin memajukan potensi pariwisata Papua harus ada kolaborasi yang harmonis antara pemerintah, swasta, dan penduduk lokal. Selain itu perlu adanya pemahaman kesepakatan dalam penyelenggaraan pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan.

Strategi yang selama ini telah dilakukan pemerintah sudah cukup baik untuk mendongkrak jumlah wisatawan untuk berkunjung ke Papua. Dari segi ekonomi kreatif yaitu sering diadakannya acara festival yang mengangkat kekayaan budaya lokal Papua, seperti Festival Lembah Baliem dan Festival Asmat yang sudah mendunia, Festival Danau Sentani, Festival Kamoro, Festival Teluk Humboldt, serta Festival Perbatasan Wonderful Indonesia atau Festival Crossborder di perbatasan Papua Nugini.

foto: shutterstock
foto: shutterstock
Dari beragam festival tersebut sangat membantu untuk memajukan dan memperkenalkan kearifan lokal melalui pentas budaya, pameran kerajinan tangan, kuliner, dan musik. Selain itu turut pula menghidupkan ekonomi masyarakat setempat. Untuk promosi pariwisata Papua ke luar negeri juga harus semakin gencar dilakukan melalui event dan pameran kebudayaan. Bekerjasama dengan pihak ketiga untuk menawarkan promo tiket pesawat, hotel, atau paket wisata tentu menarik bagi minat wisatawan, baik pada saat low season maupun high season.

Mengembangkan pembangunan infrastruktur di daerah Papua harus ditingkatkan seperti menyediakan bandara bertaraf internasional yang nyaman, akses jalan dan petunjuk jalan yang baik, Ketersediaan jaringan untuk berkomunikasi pun sangat penting karena para wisatawan pasti akan berbagi momennya pada saat liburan lewat media sosial yang menjadi ajang promosi gratis. Rencana pemerintah untuk menyamakan tarif BBM di Papua dengan pulau Jawa pun menjadi kabar gembira karena dapat menekan biaya produksi dan kebutuhan pokok di sana – meskipun hal itu belum terealisasi.

foto: shutterstock
foto: shutterstock
Untuk masyarakat lokal Papua ikut dilibatkan dalam pariwisata daerah masing-masing. Pelatihan dalam pelayanan tamu dan komunikasi berbahasa membantu mereka pada saat berhadapan langsung dengan wisatawan di lapangan. Pelayanan yang baik tentu akan memberikan kesan yang terus terkenang sampai kapanpun dan mendorong untuk kembali lagi.

Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan pertambangan emas dan tembaga terbesar di dunia yang sudah beroperasi sejak 1967 turut berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat Papua lewat kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility). Di balik pemberitaan eksploitasi tanah Papua, ternyata PTFI juga berkontribusi besar bagi masyarakat sekitar, khususnya di sekitar area pertambangan perusahaan itu di Kabupaten Mimika.

foto: PT Freeport Indonesia
foto: PT Freeport Indonesia
Terdapat sekolah yang mendidik anak-anak suku Amungme dan Kamoro yang dibangun oleh lembaga nirlaba yang mengelola dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia. Selain itu ada pula Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika yang didirikan oleh lembaga yang sama sejak 1999 dan memberikan pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya.

foto: wikipedia.org
foto: wikipedia.org
Pertambangan Grassberg yang telah dieksplorasi PTFI sejak tahun 1973 akan segera habis dan setelah itu akan dikembangkan menjadi kawasan wisata tambang. Tambang terbuka terluas di dunia dengan diameter 4 kilometer dan kedalam bawah tanah vertikal 1 kilometer ini memiliki pesona tersendiri karena berada di 4.800 meter di atas permukaan laut. Pada saat tertentu, seperti bulan April, jalan menuju ke sana tertutup salju. Untuk saat ini wisata tambang Grassberg masih terbatas untuk karyawan, keluarga, atau tamu. Itu pun harus melalui melalui serangkaian pemeriksaan keamanan dan kesehatan karena pada ketinggian tambang tersebut minim kadar oksigen.

Papua memang sangat indah dan lengkap. Sudah selayaknya jika wisata Papua menjadi diangkat agar semakin dikenal dunia. Bukan hal yang tidak mungkin jika Papua dapat menjadi ‘Bali’ kedua dengan segala potensi yang dimiliki. Dan yang paling penting, kemanapun kita melangkah harus tetap bertanggung jawab untuk menjaga kelestariannya.

Tulisan ini telah dishare di Facebook dan Twitter 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun