Dalam kesempatan lain, dalam sebuah talk show, Mbah Tejo mengingatkan seorang yang sibuk mengoperasikan handphone, tanpa peduli pembicaraan yang disampaikan Mbah Tejo sendiri. Padahal, selama orang tadi berbicara, Mbah Tejo begitu konsentrasi memperhatikannya. Seolah yang berbicara pada diskusi itu adalah orang terpenting di ruangan tersebut.
Tanpa disadari itulah dinamika etika umum yang kita pegang saat ini. Etika kita saat ini seolah sedang mengalami kemerosotan tanpa ada upaya untuk mengembalikan lagi pada keadaan semula.
Mbah Tejo adalah satu dari sekian juta orang di Indonesia yang ingin etika-etika sederhana kembali dijunjung dan dipraktikkan.
Pernahkah kita sadari bahwa transfer pengajaran etika tersebut hanya diberikan saat kita masa kanak-kanak, lalu semakin menurun frekuensinya seiring kita beranjak dewasa. Terlebih lagi, kesibukan orang tua kita, membuatnya tidak lagi mengevaluasi apakah etika-etika sederhana itu kita terapkan lagi dengan tepat ataukah tidak.
Orang tua kita tidak lagi menegur, tatkala melihat kita tidak lagi menyapa tetangga. Mereka hanya menganggap bahwa itu hanya hal yang biasa dan lumrah saja. Tanpa kita sadari kelumrahan tersebut berulang setiap hari lalu menjadi kewajaran yang kita tuai bersama belakangan ini.
Di sekolah, etika bukan lagi pengajaran dalam tataran praktik. Etika sudah dibakukan menjadi pelajaran akademik saja. Evaluasi pengajaran etika hanya melalui angka-angka saja lewat berbagai macam pelajaran. Mana kala, seorang murid sudah mendapatkan nilai yang bagus, seorang guru pun sudah menganggap dirinya sukses melakukan dua transfer : ilmu sekaligus etika.
Kini, tidak terbayangkan bila ternyata pelanggaran-pelanggaran sederhana itu dilakukan banyak orang. Hari Pendidikan Nasional seperti sekarang ini seharusnya menjadi refleksi bersama. Bahwa pendidikan bukan lagi mengukur hal-hal yang terasa formal dan angka-angka saja.
Hari pendidikan seharusnya menjadi perenungan bersama sudahkah etika berjalan seiring makin baiknya tingkat pendidikan kita yang terus kita bangga-banggakan hari ini.
Keberhasilan pendidikan harus lebih mengubah kita pada makin meningkatnya tingkat keadaban sebagai manusia.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka etika sederhana yang kita terapkan  seharusnya semakin kuat. Bukankah orang yang terdidik, memiliki kesadaran otomatis untuk melaksanakan etika-etika sederhana dalam kehidupan itu.
Seorang terpelajar dengan sertifikat master tentu memiliki cara bertetangga yang jauh lebih baik  dengan orang yang hanya lulusan SMP. Ia seharusnya memiliki kepedulian yang sangat tinggi kepada tetangganya, dibandingkan mereka yang hanya mengenyam pendidikan dasar. Tapi, kita merasakan kualitas yang sebaliknya.