Masalah itu datang menjelang malam pergantian tahun. Gadis yang sudah membuatnya nyaman berharap untuk bisa beriringan bersama melewatkan malam pergantian tahun bersama. Yah, minimal jika tidak, menghabiskan waktu semalaman untuk sekedar telponan saja bagi gadis itu tak mengapa.Â
Gadis itu bisa mengerti dan tak mau mengusik terlalu dalam. Lelaki itu sejenak diam, ia abaikan sebentar pesan masuk dari gadis itu. Isi kepalanya berkata 'Iya', hatinya pun begitu. Tapi tidak dengan tingkah lakunya.Â
Tak ada gerak apapun dari lelaki itu, ia tak menjalankan perintah dari isi kepala dan hatinya. Dan lebih memilih tingkah laku. Ia berbohong kepada gadis itu, dan itu adalah alasan kesekian kalinya. Gadis itu menerima. Lapang dada.Â
Alasannya ia akan berkunjung ke rumah sanak saudara, namun ia lebih memilih menghabiskan waktu untuk duduk di warung kopi dan menghabiskan malam pergantian tahun sendirian.Â
Gadis itu terus mengirimkan sebuah pesan, tapi lelaki itu sama sekali tak menggubrisnya.Â
Dalam kepalanya hanya ingin sendiri, diam dan menyenangkan diri sendiri dengan dunianya. Gadis mana yang tahan? Tidak ada.Â
Masalah itu hadir, gadis itu melampiaskan amarahnya dari segala kesabaran yang ia tahan selama ini.Â
Lewat pesan teks yang panjang bak sebuah artikel, pesan masuk di hp lelaki itu dipenuhi amarah. Dan selesai. Lelaki itu tak mengira datangnya hari itu, hari dimana masalah menghajarnya bertubi-tubi.Â
Buku lama itu sudah tersimpan rapih. Jejak masa lalu buruk kisah asmaranya sejatinya sudah ia letakkan di rak yang paling tinggi dan jauh.Â
Tapi, kini ia harus menulis kembali kisah, kasih, harap dan gelap baru.Â
Dekat dan dekat lah, jika memang bukan untuk lelaki itu, jauhkan sedini mungkin, dan harap gelap selalu menjadi penyejuk kala merah sesudah menyelimuti hati.Â