Mohon tunggu...
Anggit Pujie Widodo
Anggit Pujie Widodo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ( Pramoedya Ananta Toer )

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maya

24 Februari 2024   23:41 Diperbarui: 24 Februari 2024   23:42 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Pasang Lampu. (Dokpri)

Masalah itu datang menjelang malam pergantian tahun. Gadis yang sudah membuatnya nyaman berharap untuk bisa beriringan bersama melewatkan malam pergantian tahun bersama. Yah, minimal jika tidak, menghabiskan waktu semalaman untuk sekedar telponan saja bagi gadis itu tak mengapa. 

Gadis itu bisa mengerti dan tak mau mengusik terlalu dalam. Lelaki itu sejenak diam, ia abaikan sebentar pesan masuk dari gadis itu. Isi kepalanya berkata 'Iya', hatinya pun begitu. Tapi tidak dengan tingkah lakunya. 

Tak ada gerak apapun dari lelaki itu, ia tak menjalankan perintah dari isi kepala dan hatinya. Dan lebih memilih tingkah laku. Ia berbohong kepada gadis itu, dan itu adalah alasan kesekian kalinya. Gadis itu menerima. Lapang dada. 

Alasannya ia akan berkunjung ke rumah sanak saudara, namun ia lebih memilih menghabiskan waktu untuk duduk di warung kopi dan menghabiskan malam pergantian tahun sendirian. 

Gadis itu terus mengirimkan sebuah pesan, tapi lelaki itu sama sekali tak menggubrisnya. 

Dalam kepalanya hanya ingin sendiri, diam dan menyenangkan diri sendiri dengan dunianya. Gadis mana yang tahan? Tidak ada. 

Masalah itu hadir, gadis itu melampiaskan amarahnya dari segala kesabaran yang ia tahan selama ini. 

Lewat pesan teks yang panjang bak sebuah artikel, pesan masuk di hp lelaki itu dipenuhi amarah. Dan selesai. Lelaki itu tak mengira datangnya hari itu, hari dimana masalah menghajarnya bertubi-tubi. 

Buku lama itu sudah tersimpan rapih. Jejak masa lalu buruk kisah asmaranya sejatinya sudah ia letakkan di rak yang paling tinggi dan jauh. 

Tapi, kini ia harus menulis kembali kisah, kasih, harap dan gelap baru. 

Dekat dan dekat lah, jika memang bukan untuk lelaki itu, jauhkan sedini mungkin, dan harap gelap selalu menjadi penyejuk kala merah sesudah menyelimuti hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun