Sebelum ia buka, ia goyang-goyang rokok tersebut, mengecek apakah isinya masih banyak atau tinggal sebatang.
Sama saat memainkan korek, baginya itu sebuah ritual khusus. Setelah digoyangkan beberapa kali, ia memastikan rokoknya masih ada 5 batang, meskipun ia belum membukanya.
Lelaki itu hanya menerka, biasanya terkaannya benar, karena sudah terbiasa ia lakukan. Ia buka rokok tersebut, saat itu ia melihat isi rokoknya ternyata masih ada 6 batang. Terkaannya salah, ia menyarankan diri sendiri, meskipun ada sedikit rasa bahagia.
'Walah, ternyata masih ada 6, berarti tadi nebaknya salah'Â ucapnya menggerutu sendiri.
Satu batang rokok ia keluarkan dari bungkusnya, tangan kirinya bekerja, sembari berkoneksi dengan tangan kanan yang siap menyalakan korek api.
Satu batang rokok itu sudah ia ikat diantara kedua tepi bibirnya, tangan kanannya kali ini bekerja. Korek api ia nyalakan, dan menempel di sudut rokok, ia tarik nafas sembari menyalakan sebatang rokok itu, dan busssshhh..
Kepulan asap keluar, ia tarik nafas dalam, Lelaki itu menikmati suasananya. Kepulan asap bebas mengudara, arah asapnya mengarah kemanapun. Batinnya tenang, raganya santai. Satu yang ada didalam pikirannya saat itu.
'Asap rokok itu kubiarkan bebas sejak dulu, tapi kenapa kepulan asap kopi itu tak kubiarkan bebas sejak dulu?' tanyanya.