Mohon tunggu...
Anggit Pujie Widodo
Anggit Pujie Widodo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ( Pramoedya Ananta Toer )

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelana Kalis

7 Maret 2023   21:30 Diperbarui: 7 Maret 2023   21:58 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah beberapa waktu, Lelaki itu tersadar, jika ia tak bisa terus terbelenggu dalam hitamnya masa lalu. 

Pintu itu menggambarkan semuanya, lorong gelap, pintu terkunci, mengisyaratkan ia tidak boleh untuk berjalan ke masa depan. Cukup disini, berthanalah di masa lalu ! 

Dengan paksa, Lelaki itu menggedor pintu yang terkunci rapat, tiga kali ia mendobrak pintu itu namun hasilnya sia-sia. 

Ia hampir menyerah, tapi semua kenangannya mengajaknya untuk pergi menjauh. 

Ia terus mencoba, hingga pada dobrakan keenam pintu itu perlahan bisa terbuka. Dobrakannya begitu kencang, hingga membuat kunci gembok rusak, dan gagang pintu yang tak lagi utuh. 

Melihat itu, sedikit demi sedikit ia buka pintu tersebut. Dari ruang pintu yang terbuka sedikit itu, muncul cahaya, yang kemudian sedikit menerangi lorong gelap itu. 

Ngiiiieeeeek, brak ! 

Pintu itu terbuka seutuhnya. Lorong yang tadinya gelap, kini penuh cahaya seutuhnya. 

Bagian yang mulanya tak bisa ia raba, sekarang setiap sudutnya bisa terlihat begitu jelas. Lorong itu terlihat tidak utuh, ada beberapa bagian yang rusak, meskipun kebanyakan memang sudah rusak. 

Jika dilihat secara jelas, Lelaki itu percaya jika dulunya lorong itu bagus, terawat. Namun, karena tidak terawat semua menjadi tidak nikmat dipandang. Rusak, berdebu dan tak layak untuk disinggahi. 

Terlihat pula cat tembok berwarna kuning coklat yang sudah usang, tampaknya memang tidak pernah di cat ulang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun