Dia bagai Robin Hood, selalu membantu orang lain, meskipun ia menyadari jika dirinya sendiri membutuhkan bantuan.
 Jika Robin mencuri harta orang kaya untuk dibagikan ke masyarakat kurang mampu, meskipun resiko yang akan diterima cukup besar, yakni ditangkap.Â
Lelaki itu pun sama, dia rela membagikan seluruh pengalaman hidupnya, apa yang telah ia pelajari, buku yang ia baca, hanya untuk menjadi teman terbaik bagi orang sekitar, tanpa memperdulikan resiko yang akan diterimanya.Â
Ia selalu terbuka dengan pemikiran orang lain, meskipun sulit buat orang lain mengerti jalan pikirannya.Â
Tekanan dari atas tak membuat ia gentar, bahkan cenderung dilupakan. Tekanan dari kiri, membuatnya sedikit merasa was-was, apakah selama ini caranya memperlakukan sekitar sudah benar?Â
Tekanan dari kanan, tidak berpengaruh apapun terhadapnya, segala nasihat yang datang hanya di 'Iya' kan saja, ia menganggap semua itu selalunia terima, bahkan sejak kecil.Â
Tekanan dari bawah, sama sekali tak berbentuk, ia bisa mengatasi dengan pengetahuan yang ia miliki.Â
Anak tangga itu, menghantarkannya ke gerbang masa lalu, perjalanan hidupnya kembali terungkap.Â
Bukan hanya kisah asmara, namun segmen lainnya ikut terkuak. Berat baginya untuk kembali mengingat, seiring peluh berusaha melupakan.Â
Lelaki itu mematung tanpa sepatah kata, ia berhadapan dengan sebuah pintu dalam lorong gelap tanpa pencahayaan.
Tak ada manusia lain disana, hanya dia seorang, menatap kosong kearah pintu yang terkunci rapat dengan gembok besar.Â