Mohon tunggu...
Anggit Pujie Widodo
Anggit Pujie Widodo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ( Pramoedya Ananta Toer )

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelana Kalis

7 Maret 2023   21:30 Diperbarui: 7 Maret 2023   21:58 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia bagai Robin Hood, selalu membantu orang lain, meskipun ia menyadari jika dirinya sendiri membutuhkan bantuan.

 Jika Robin mencuri harta orang kaya untuk dibagikan ke masyarakat kurang mampu, meskipun resiko yang akan diterima cukup besar, yakni ditangkap. 

Lelaki itu pun sama, dia rela membagikan seluruh pengalaman hidupnya, apa yang telah ia pelajari, buku yang ia baca, hanya untuk menjadi teman terbaik bagi orang sekitar, tanpa memperdulikan resiko yang akan diterimanya. 

Ia selalu terbuka dengan pemikiran orang lain, meskipun sulit buat orang lain mengerti jalan pikirannya. 

Tekanan dari atas tak membuat ia gentar, bahkan cenderung dilupakan. Tekanan dari kiri, membuatnya sedikit merasa was-was, apakah selama ini caranya memperlakukan sekitar sudah benar? 

Tekanan dari kanan, tidak berpengaruh apapun terhadapnya, segala nasihat yang datang hanya di 'Iya' kan saja, ia menganggap semua itu selalunia terima, bahkan sejak kecil. 

Tekanan dari bawah, sama sekali tak berbentuk, ia bisa mengatasi dengan pengetahuan yang ia miliki. 

Anak tangga itu, menghantarkannya ke gerbang masa lalu, perjalanan hidupnya kembali terungkap. 

Bukan hanya kisah asmara, namun segmen lainnya ikut terkuak. Berat baginya untuk kembali mengingat, seiring peluh berusaha melupakan. 

Lelaki itu mematung tanpa sepatah kata, ia berhadapan dengan sebuah pintu dalam lorong gelap tanpa pencahayaan.

Tak ada manusia lain disana, hanya dia seorang, menatap kosong kearah pintu yang terkunci rapat dengan gembok besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun