Sekilas pikiran saya mengarah kesana, melihat tingkah saling jaga image (jaim) diantara keduanya. Awalnya tidak begitu saya pedulikan, sembari menyedot sebatang rokok Surya yang isinya masih full, dilanjutkan sekali seruputan kopi hitam adukan mesra Cak Muiz, seketika ada celetukan dari lain arah.Â
'Moso koe kalah Karo arek kui, koe Ki kurang opo, pinter Iyo, moso kalah Karo kancane Dewe'. Celetukan seorang pria yang saya duga adalah teman dari kedua lelaki itu sembari diiringi gelak tawa sekitarnya.Â
Mendengar celetukan itu, otak saya bekerja lebih keras satu menit lebih dalam. Coba menganalisa celetukan tadi dikombinasikan dengan gerak gerik dua lelaki itu. Dan yahh.. selama satu menit saya berpikir, akhirnya jawaban itu saya temukan.Â
Ternyata ada salah satu diantara kedua lelaki itu yang ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Mereka berdua mengejar satu wanita yang sama dan naasnya, wanita itu memilih satu diantara mereka. Mirisnya, kedua lelaki itu adalah seorang teman. Wow.Â
Pantas saja, keduanya menunjukkan sikap yang tidak biasa diantara teman. Biasanya, jika memang status mereka adalah teman, hal seperti itu sudah harus bisa disikapi dengan introspeksi diri. Namun, tampaknya mereka berdua belum bisa melakukan itu. Lelaki yang kecil sibuk meratapi cintanya yang tak berbalas, satunya lagi sedang berbunga-bunga.Â
Sebuah pemandangan yang tak asing dan pernah saya alami. Pas sayang-sayange, koe malah njaluk sepuro izin arep rabi Karo liyane. Tebo koe dek.Â
Lanjut, usai menganalisa dengan teori yang saya buat sendiri dan bisa dipastikan itu konkrit karena obrolan cinta bertepuk sebelah tangan itu terus menerus dibicarakan, saya kaget ketika ada yang nyeletuk lagi.Â
'langite peteng, udane soyo deres klebus neng ati. Cedak e Karo aku, nanging atimu dinggo wong liyo'Â
Saya coba mencari darimana asal celetukan itu, apakah dari orang sekitar, tukang becak yang lewat atau tukang palang pintu kereta api? Rupanya celetukan itu muncul dari sound bluetooth. Seolah sound pun paham bagaimana kondisi si lelaki kecil yang tak bisa lagi berbuat apa-apa. Karena cinta nya hanya dibalas cukup sekian dan terimakasih. Oke siap.Â
Melihat peristiwa memilukan yang menimpa si lelaki kecil. Saya jadi ingat teori cinta yang dikemukakan oleh Robert Sternberg dalam 'Triangular Theory of Love'.
Bagi yang tidak mengenal siapa itu Robert Sternberg, dia adalah seorang psikolog dan psikometri Amerika. Profesor Pembangunan Manusia di Cornell University. Sternberg ini memiliki gelar BA dari Universitas Yale dan PhD dari Universitas Stanford, di bawah penasihat Gordon Bower.