“Ayo, kamu duluan aja.” Balas Gita.
Betapa senangnya aku melihat teman-temanku bermain. Oh, senangnya masa kelas 9 pada saat itu. Kami mengenal cinta, teman,dan harapan. Namun,tidak dapat dipungkiri bahwa ada duka yang selalu mengintai. Chandra datang padaku sambil menangis. Gitadan Yuli berhenti bermain. Mereka menghampiriku dan Chandra.
“Apa yang terjadi?” tanyaku.
“Kamu kenapa Chand?” tanya Yuli.
Chandra terus menangis. Kami tidak tahu apa yang terjadi. Kami berusaha menghiburnya. Hingga akhirnya Chandra menceritakan bahwa ia melihat sang kekasih berjalan dengan perempuan lain.
Kau mengingat bahwaitulah kejadian ketiga yang Chandra alami. Kau hanya tersenyum mengingat kejadian itu. Betapa menyakitkan ketika melihat seorang teman yang tersakiti. Mendapatkan luka di atas semua kebahagiaan yang telah ia dapatkan sebelumnya.
Kau terus melanjutkan pencarianmu akan album sekolah menengah pertamamu. Kardus yang penuh dengan tumpukan buku berdebu itu memenuhi sebagian besar lemari bukumu. Kau merindukan mereka-bukumu-dengan amat sangat. Merekalah saksi bisu semua luka lamamu bahkan sahabatmu.
“Iya, aku mengingatnya dengan jelas.” Kata Yuli.
“Lalu apa yang terjadi?” tanya Chandra dengan penasaran.
Gita dan aku duduk dan mendengarkan Yuliyang bersiap untuk bercerita.
“Aku tidak bermaksud untuk melukainya” Yuli mulai bercerita.