“Aku hanya menyampaikan apa yang seharusnya kusampaikan” lanjutnya lagi.
Chandra dan Gita mendengarkan dengan seksama.mereka begitu meratapi apa yang terjadi apa yang terjadi mpada kawannya itu. Sedangkan, aku hanya duduk termenung dan memikirkan tentang yang satu itu. Dia-Yuli-terus saja bergelut dalam kisah-kisah anehnya yang menciptakan luka dalam hidupnya.
Seperti itulah, dalam perkumpulan ini tidak ada yang berhasil untuk menghapuskan duka. Namun, perkumpulan ini mampu membuat siapa pun yang ada di dalam bagiannya merasa nyaman dan tenang meskipin ada banyak luka yang sampaisaat ini belum bisa dikendalikan. Kemudian semuanya berbalik ke belakang ketika Yuli sampai pada titik puncak kisahnya.
Begitu tiba giliranmu bicara, kau tidak bisa berkata apa-apa. Nafasmu sejenak terhenti. Kau mengingat luka-luka lama yang telah diberikan seorang laki-laki yang kau dambakan selama satu setengah tahun (pada masa itu usiamu 14 tahun).
“Tidak” kataku.
“Aku tidak ingin mengingatnya lagi” sambungku sambil tersenyum kepada tiga temanku itu.
Mereka menatapku dengan heran. Karena biasanya akulah yang paling mempunyaijiwaseni dan dramatis dalam menceritakan kisah hidupku.
“Mengapa?” tanya Gita mewakili 2 yang lain.
Aku tidak menjawabnya. Lagi-lagi aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu.
“Baiklah, sebenarnya aku pun tidak ingin bercerita tadi. Jadi, tidak masalah” kata Yuli.
Semua tenggelam dalam hening. Tidak adasepatah katapun yang terucap dari mulut kami berempat.