Celah inilah yang menjadika parpol sebagai sasaran empuk sebab sumbangan yang sah ini merupakan fee atau upah untuk memuluskan jalan perusahaan-perusahan milik politisi yang menang tender dari proyek pemerintah. Sebenarnya parpol berdalih kekuarangan uang untuk melakukan sosialisasi.Â
Padahal yang terjadi sebenarnya negara setiap tahun mengeluarkan anggaran Rp 8 triliun sebagai bantuan bagi parpol, dilevel daerah sendiri parpol mendapat bantuan dari level kabupaten maupun provinsi.Â
Selain itu parpol sebagai jembatan antara eksekutif dan legislatif seperti contoh kasus korupsi Wisma Atlet  Sea Games, Mindo Rosalina manulang sebagai direktur Marketing PT Anak Negeri tertangkap tangan bertansakasi  fee dengan sekretaris Kementerian Pemuda Dan Olahraga, Wafid Muharam dengan kesepakatan bahwa PT Graha menjadi pemenang akan memeberikan komisi 15% dari nilai proyek dengan komposisi 2% untuk sekretaris dan 13%  untuk Direktur PT Duta Graha Indah Muhammad El-Idris.Â
Kesepakatan yang telah disusun rapi dengan pertemuan awalan antara Rosa dengan Wafid yang difasilitasi Muhammad nazarudin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat. Ini merupakan kasus lama yang sampai sekarang masih dikenang dan masih menjadi kasus besar yang terjadi di Indonesia.
Harapan Selesai
Mungkin kasus korupsi yang menjadi hal biasa saat ini tidak akan pernah selesai jika penjatuhan hukuman saja masih sama dengan pencuri buah atau sendal dimasyarakat.Â
Memang yang selalu dibahas adalah keadilan tetapi bagaimana dengan adil itu sendiri? Apa memang disini di negara Indonesia kita sudah adil sudah sesuai dengan sila yang digaung-gaungkan?.Â
Mungkin pertanyaan tersebut dijawab secara lisan atau teoritis tapi nyatanya secara nyata didalam penyelesaian kasus korupsi sendiri malah muncul korupsi bahkan suap sekalipun.Â
Aparat hukum yang sebenarnya menegakkan tiang hukum nyatanya goyah akan iming-iming uang yang lumayan untuk mencicil rumah diperumahan elit.Â
Gaya hidup dan gengsi yang terlalu berlebihan serta stigma masyarakat yang terus menekan menjadikan salah satu faktor paling riskan oleh manusia itu sendiri untuk dilakukan.Â
Misal seperti ini, masyarakat menganggap PNS itu sebagian orang yang berkapasitas mampu karena gaji yang lumayan besar, tetapi disini point of view seseorang itu berbeda beda hanya melihat bahwa PNS itu pasti banyak duit.Â