"Orang Jawa bilang mulutnya harus dipegang, ini kenapa saya ngecek langsung karena sudah kebangetan, kalau bahasa rakyat itu jangan di-PHP," kata Ganjar kepada pimpinan perusahaan tersebut.
Ganjar lalu minta bertemu dengan direktur utama, ataupun Menteri BUMN untuk membahas persoalan minyak yang sudah berlarut-larut namun belum ada kejelasan.
Cara kepemimpinan Ganjar sangat berkebalikan dengan Anies, yang dibranding santun namun cenderung teks book dalam melihat suatu persoalan. Mungkin latar belakangnya sebagai akademisi, membuat dia lebih mudah mencerna data-data dan teori ketimbang penguasan di lapangan.
Sementara Prabowo dengan latar belakang militernya wajar jika punya ketegasan. Namun persoalannya memimpin rakyat tidak sama dengan mengendalikan prajurit, dan bekal itu dia tidak punya. Wajar juga jika cara komuniksi Prabowo seringkali normatif, hanya balutan kata-kata bombastis tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan masyatakat kita.
Melihat sepak terjang dan kepemimpinan Ganjar Pranowo yang demikian, akhirnya menjadi wajar jika banyak masyarakat yang melabuhkan harapan pada dirinya. PDI Perjuangan pastilah tahu hal itu, dia tak mungkin berani melepas kader yang paling potensial itu. Jadi jika ada desas-desus yang menyebut seolah PDI lebih milih Puan Maharani ketimbang Ganjar, yakinlah itu cuma gimmick belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H