Ganjar Pranowo menjadi salah satu kandikat kuat yang diperhitungkan untuk menggantikan kepemimpinan Jokowi. Namanya tidak pernah bergeser berada di tiga besar lembaga survei kredibel tanah air.
Indikator Politik Indonesia pada Senin 4 April 2022 merilis, dari ketujuh nama tokoh capres yang disodorkan, responden terbanyak melabuhkan pilihannya pada sosok Ganjar, disusul Prabowo dan Anies Baswedan.
Ganjar memperoleh suara 27,6 persen, bersaing ketat dengan Prabowo Subianto yang memperoleh dukungan 27,4. Sedangkan Anies Baswedan mengantongi 22,0 persen.
Ketiganya cukup populer dan punya basis pendukung yang kuat. Kita pun dituntut lebih jeli untuk melihat siapa sosok yang paling layak memimpin negara besar ini.
Kepopuleran saja memang bukan ukuran mutlak untuk dijadikan patokan. Ada beberapa faktor yang justru amat penting, yaitu model kepemimpinan, termasuk cara komunikasi.
Ridwan Kamil adalah sosok populer, instagramnya punya 15,2 juta pengikut, paling banyak dari ketiga tokoh tersebut. Dia juga termasuk sosok pemimpin yang mengikuti perkembangan tren, wira-wiri di media, namun nyatanya di pasar capres dia kurang begitu laku.
Memang pemilu masih dua tahun lagi. Tapi mempelajari kandidat tidak harus menunggu-nunggu momen tertentu, sebab baik dan buruk kebijakan yang mereka buat kelak akan kita rasakan juga.
Ganjar Pranowo banyak diakui memiliki komunikasi yang paling baik diantara ketiganya. Dia lugas, tegas dan langsung mengarah ke persoalan. Ketegasannya juga tidak tumpul ke atas.
Lihatlah saat Ganjar menyentil Kementerian Perdagangan terkait permasalahan minyak goreng. Bahkan dia langsung mendatangi salah satu BUMN perdagangan dan logistik, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) karena keterlambatan pasokan minyak untuk Jateng.
Minyak goreng yang dijanjikan akan tiba ke Jateng tanggal 3 April itu molor. Bahkan saat Ganjar sidak ke lokasi, tangki minyak masih kosong. Disitulah nada bicara Ganjar mulai tinggi.
"Orang Jawa bilang mulutnya harus dipegang, ini kenapa saya ngecek langsung karena sudah kebangetan, kalau bahasa rakyat itu jangan di-PHP," kata Ganjar kepada pimpinan perusahaan tersebut.
Ganjar lalu minta bertemu dengan direktur utama, ataupun Menteri BUMN untuk membahas persoalan minyak yang sudah berlarut-larut namun belum ada kejelasan.
Cara kepemimpinan Ganjar sangat berkebalikan dengan Anies, yang dibranding santun namun cenderung teks book dalam melihat suatu persoalan. Mungkin latar belakangnya sebagai akademisi, membuat dia lebih mudah mencerna data-data dan teori ketimbang penguasan di lapangan.
Sementara Prabowo dengan latar belakang militernya wajar jika punya ketegasan. Namun persoalannya memimpin rakyat tidak sama dengan mengendalikan prajurit, dan bekal itu dia tidak punya. Wajar juga jika cara komuniksi Prabowo seringkali normatif, hanya balutan kata-kata bombastis tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan masyatakat kita.
Melihat sepak terjang dan kepemimpinan Ganjar Pranowo yang demikian, akhirnya menjadi wajar jika banyak masyarakat yang melabuhkan harapan pada dirinya. PDI Perjuangan pastilah tahu hal itu, dia tak mungkin berani melepas kader yang paling potensial itu. Jadi jika ada desas-desus yang menyebut seolah PDI lebih milih Puan Maharani ketimbang Ganjar, yakinlah itu cuma gimmick belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H