Saya coba contohkan, tindakan pacaran berkenalan di sosial media yang dilakukan anak-anak di ponorogo hingga berujung hamil di luar nikah. Penerapan berpikir rasional dalam konteks itu, penting untuk membuka banyak aspek dan memberikan titik kritis.Â
Misalnya, berkenalan dengan orang lain melalui sosial media. Kita perlu menilai, apakah tindakan memberikan kepercayaan kepada orang yang dikenal di sosial media dengan mengajak berkencan dan langsung memutuskan melakukan hubungan badan di bawah umur tanpa status pernikahan, dibenarkan ? atau minimalnya berpikir, sebelum melakukan perkenalan, sebenarnya status kita sebagai pelajar, yang menjadi fokus prioritas apa ? Apakah dibenarkan membagi fokus dengan memiliki pasangan, tidak mengganggu proses belajarnya ?. Atau juga bisa, menghubungkan dengan variabel masa depan.Â
Dengan melakukan hubungan badan di umur yang masih belum matang secara fisik, mental, dan emosional. Bagaimanakah keadaan janinnya nanti ? apa tidak berpotensi mengalami keguguran ? kecacatan ? atau apakah sudah siap mental menjadi orang tua ? bekerja memberikan nafkah kepada keluarga ? juga, dalam sudut pandang agama. Bagaimana nilai dosanya jika sudah melakukan perzinaan ? Â
Dan masih banyak sekali sebenarnya pertanyaan-pertanyaan yang muncul untuk menguji pertimbangan setiap perilaku kita, apakah hanya menuruti hawa nafsu atau kaidah berpikir yang tepat ?
 Berpikir rasional merupakan hal yang wajib mendasar yang perlu diinternalisasi dan dibiasakan oleh setiap manusia. Hal tersebut yang membedakan dirinya dengan hewan.Â
Dalam Islam pun atau bahkan hati nurani pun, menganjurkan manusia untuk selalu menggunakan akal pikirannya dalam mempertimbangkan setiap perilaku dirinya. Jika hal itu sudah mengakar kuat maka akan sangat minim sekali tindakan-tindakan kerusakan yang bisa merugikan orang lain. Karena kita tau bahwa kerusakan adalah hasil dari pertimbangan singkat dan cenderung berhawa nafsu.Â
3. Kesalahan Pola Asuh Orang TuaÂ
Kesalahan pola asuh orang tua menjadi penyebab yang memberikan pengaruh besar pada perkembangan tumbuh kembang anak, termasuk dalam hal kenakalannya. Orang tua di sini sebenarnya bisa juga disebut ayah, ibu, atau pengasuh lainnya yang memiliki peran sebagai orang tua.Â
Alih-alih ingin mendidik anak menjadi anak baik sesuai harapan orang tua, namun tidak disadari ada penerapan pola asuh yang tidak tepat.Penerapan pola asuh otoriter dan permisif yang memiliki banyak dampak buruk kepada anak baik sejak lahir ataupun tumbuh kembangnya hingga dewasa.Â
Pola asuh otoriter cenderung memaksa anak untuk mengikuti segala aturan yang diberikan oleh orang tua secara sepihak. Sedangkan pola asuh permisif merupakan pola asuh yang memberikan kebebasan penuh kepada anak dalam memutuskan dengan minim aturan.Â
Dampak dari pola asuh otoriter, membuat anak tidak nyaman berada di dalam rumah, bahkan dalam titik tertentu mereka akan berontak dan mencari pelarian di lingkungan lain yang bisa memberikan pengertian dan perhatian dibandingkan berada di lingkungan keluarganya. Hal tersebut, akan menjadi pemicu terjadinya kenakalan remaja. Selain itu, pola asuh permisif, juga sangat minim tanaman nilainya kepada anak-anak, cenderung membebaskan, sehingga akan menjadi bibit kenakalan remaja pula.