Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tangan

21 Agustus 2022   05:26 Diperbarui: 30 Juli 2024   02:32 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibunya pun mengontrakkan lapak di pasar untuk mendapatkan uang itu. Teman-teman pedagang menasehatinya untuk tidak memenuhi keinginan tetangga yang sombong itu.

"Dia mungkin benar, aku yang tak bisa mendidik anak," katanya.

Setelah lapak dikontrakkan, uang dibayarkan, dan menyimpan sisanya, seorang pedagang yang baik mau mempekerjakannya di tokonya. Sampai masa kontraknya habis dan ibu itu bisa berjualan kembali.

Namun yang dipikirkan ibunya hanyalah bagaimana agar Untung tidak nakal lagi. Bagaimana caranya agar tangannya tak usil. Tapi dia hanya perempuan berpendidikan rendah, tau apa soal mendidik anak.

Suatu sore, sehabis shalat maghrib dia mendapatkan ide. Entah itu akan bermanfaat atau tidak, dia tak tahu. Lepas shalat berjamaah, Untung dan adiknya bersalaman dengan ibu, ketika tangan itu dalam genggamannya, ibu tak melepaskan tangan itu.
Ibu komat-kamit, kemudian meniup-niup punggung tangan Untung, Al Fatihah, katanya, lalu pelan-pelan dia membaca surat pendek itu. Untung hanya diam, tak berusaha melawan ibunya yang selalu bersabar atas kenakalannya itu.

Setelah sore itu, setiap habis shalat maghib ibu membaca al Fatihah sambil memegang tangan jahil anaknya.

*
Untung tidak berubah, dia tetap saja usil, meskipun kadarnya mulai berkurang. Setelah lulus sekolah menengah atas, dia mendaftar PNS dan diterima. Alangkah bangganya sang ibu yang mulai tua dan sakit-sakitan.

Bila ibunya mengeluh, Untung akan mengurut pundaknya. Uniknya setiap diurut sama Utung karena kecapaian habis dari pasar, rasa capai pun hilang. Bahkan tubuh tua yang sudah ringkih itu juga menjadi nyaman setelah tangan Untung memijitnya.

Dia pun menceritakan semua itu pada teman-teman sesama pedagang di pasar. Seorang padagang di pasar yang menderita stroke minta diurut sama Untung. Ajaibnya yang semula badannya tak bisa digerakkan separo, mulai pulih kembali. Dari situlah Untung mulai dibicarakan.

Beberapa kenalan ibunya yang penyakitan datang minta diurut. Untung tidak memasang tarif, para pasiennya bebas dan sukarela memberikan tip sekedarnya. Kalau yang parah mereka harus rutin diurut, minimal seminggu dua kali.

Lama-kelamaan pasiennya bukan hanya dari kota itu tapi juga dari kota lain. Karena membludak Untung mempekerjakan seorang sekretaris. Ibunya tidak boleh berjualan lagi. Dan mereka membeli rumah baru yang lebih sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun