Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tukang Sampah

2 Januari 2020   01:28 Diperbarui: 2 Januari 2020   01:23 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sabar mengisyaratkan istrinya untuk diam, dia menempelkan telunjuknya di bibirnya. Istrinya mengangguk dan mundur dari jendela.

"Seluruh kota ini baunya busuk, kembalilah bekerja Pak, kami tak tahan lagi," kata bu Martini wanita anggota DPRD itu, "nanti saya bantu menekan walikota.

Sabar meludah mendengar kata-kata itu. Politisi kancut. Mana buktinya sampai sekarang pun tuntutan mereka tak ditanggapi dengan nyata.

Istri Sabar terlihat pucat ketakutan. Wanita itu hatinya busuk. Hanya baik kalau menjelang pemilihan anggota DPR saja. Dia masih ingat waktu bu RW ke rumahnya dan memberitahu dia, bahwa dia tak boleh ikut arisan warga. Setelah diselidiki, anggota DPRD itulah yang melarang dia ikut arisan.

"Dia kan cuma istri tukang sampah, nanti tidak bisa membayar bagaimana, buat makan saja susah."

Sakit hati wanita itu, karena pejabat betina itu menghina dirinya. Menghina dirinya berarti menghina pekerjaan suaminya yang hanya pemungut sampah.

"Dia diikutkan saja arisan RT yang 25 ribuan itu."

Semua usulan anggota DPRD itu didengar Bu Sabri, pengajar madrasah yang tulus berteman dengannya. Istri pemungut sampah itu, merasa dirinya rendah dan direndahkan, dia tak memutuskan unttuk ikut arisan mana pun juga. Dia makin menutup diri di rumah. Lalu Sabar punya akal, saat mengambil sampah kota, dia memisahkan sampah yang bisa di daur ulang seperti botol, besi dan kardus lalu dibawanya pulang.

Istrinya memisahkan barang-barang itu, dan kemudian dijualnya ke tukang rombeng. Sampah-sampah itu tenyata menghasilkan uang. Makin senanglah istri Sabar. Dia senang mengurus sampah daur ulang tersebut dan dimasukkan ke karung-karung untuk dijual. 

Rumahnya yang kecil dan buruk pun penuh tumpukan karung berisi kardus dan botol plastik bekas. Dengan menjual sampah-sampah itu dia bisa membeli baju dan sandal yang lebih pantas. 

"Saya beli baju yang coklat muda itu Bu," kata Bu Sabar di toko baju dekat rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun