Aku duduk di bangku plastik yang ada di dekat bed tidur. Aku diam tak ingin mengusik tidur perempuan itu. Meskipun terpejam, aku melihat wajah itu tidak tidur dengan tenang. Ada kegalauan yang tersimpan di dalam jiwanya. Dan aku tahu itu.
Di TK Mentari Pagi, kami memanggilnya Miss Siska. Miss Siska adalah salah satu guru kesayangan murid-murid di TK itu. Beliau sangat energik, ramah dan lembut. Miss Siska pandai bernyanyi lagu-lagu yang indah. Setiap minggu, selalu saja ada lagu baru yang diajarkan kepada kami. Selain itu, beliau juga sangat pandai bercerita. Bercerita tentang kisah para puteri, tentang binatang-binatang yang lucu dan lain-lain.
Miss Siska juga pandai merayu. Setiap ada murid yang menangis atau ngambek, Miss Siska selalu mendekatinya dengan lembut, membujuk dan merayunya agar hatinya tidak bersedih lagi. Soal belajar membaca dan menulis, orang tua pasti menyerahkan putera-puterinya kepada Miss Siska. Dalam waktu seminggu, dijamin anak akan bisa membaca.
Tidak heran, kalau disela waktu mengajarnya, banyak sekali permintaan kepada perempuan itu untuk memberikan les privat. Dan aku adalah salah satu murid kesayangan Miss Siska. Kata Miss Siska aku adalah murid paling dirindukannya setiap hari. Aku pintar, aku lemah lembut dan juga periang.
"Suzan kecil, adalah seperti diriku waktu kecil," katanya suatu hari padaku.
Masih aku ingat bagaimana Miss Siska memelukku, sewaktu Linda, salah seorang teman yang agresif mendorongku sampai aku jatuh. Aku menagis kesakitan sekaligus ketakutan. Tenaga Linda kuat dan dorongannya sangat kasar. Itu yang membuatku selalu ketakutan bila anak itu mulai marah-marah dan agresif.
Dalam dekapan Miss Siska aku merasakan tenang. Seperti layaknya dalam dekapan Ibu. Aku merasakan ada aliran kasih sayang yang lembut dan menenangkan. Aku juga merasakan Miss Siska memberikan kasih sayang yang berlebihan kepadaku, dibandingkan dengan murid yang lain.
Tak heran, meskipun aku tidak les privat pada beliau, aku termasuk murid yang paling cepat bisa membaca. Ketika masih TK-A saja aku sudah bisa membaca, padahal usiaku baru lima tahun. Kurang. Sementara yang lainnya rata-rata teman yang lain baru bisa membaca setelah mereka TK-B. Dan aku merupakan murid kebanggaannya.
Miss Siska menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan seusiaku bernama Lavenia. Gadis ini sangat cantik, berbakat dan sangat menyukai pekerjaannya di bidang seni. Pada perkembangnnya Nia terlihat sebagai seorang puteri yang sangat mandiri, bahkan dia sangat jauh dari ibunya sendiri.
Beberapa bulan yang lalu, Miss Siska menemuiku di kantorku dengan air mata berlinangan. Perempuan itu sudah terlihat tua, dan waktu itu dia baru saja pensiun dari pekerjaannya sebagai guru TK Mentari Pagi.
Pertemuan di kantor sore itu, bukan kali pertama kami bertemu, setelah sekian lama aku bertumbuh dan menjadi seorang jurnalis majalah. Kantor ramai karena hari dead line. Aku membawanya ke ruang rapat yang lagi kosong. Dan di ruang rapat itu dia menangis sesengukan.