Mohon tunggu...
Gede Anggha Indrawan
Gede Anggha Indrawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang tertarik di bidang penulisan. Selain itu saya juga memiliki minat pada bidang musik, film, buku dan juga game, jadi hal yang dibahas di blog ini kurang lebih seputar itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Prevensi Korupsi dari Perspektif Agama Hindu

13 Juli 2024   18:07 Diperbarui: 16 Juli 2024   16:30 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | AFP PHOTO/SONNY TUMBELAKA via Kompas.com

Dalam pengertian yang paling mendasar, Dharma merujuk pada prinsip-prinsip kebenaran, ketertiban, dan keharmonisan yang mengatur alam semesta dan kehidupan manusia. Dharma adalah pedoman hidup yang memandu individu untuk berperilaku benar, adil, dan sesuai dengan tatanan kosmis.

Terdapat dua nilai penting yang menjadi bagian dari Dharma, sekaligus relevan terhadap pembahasan artikel ini, yaitu Asteya dan Satya. Asteya, didefinisikan secara sederhana sebagai tidak mencuri atau mengambil hak yang bukan miliknya. Asteya mencakup segala bentuk pengambilan yang tidak sah atau tidak adil, termasuk korupsi. 

Di dalam Asteya, terdapat sebuah nilai yang berkaitan yaitu Satya. Satya berarti kebenaran atau kejujuran. Nilai ini menekankan pentingnya berpikir, berkata dan berperilaku jujur dalam semua aspek kehidupan. Kejujuran bukan hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga mencakup kesetiaan pada fakta dan kebenaran.

Melalui penjelasan di atas, definisi dharma dapat dikerucutkan sebagai suatu tidakan yang berdasar pada kebenaran. Menurut saya, suatu aksi dapat disebut sebagai dharma apabila tindakan tersebut seminimalnya tidak merugikan siapa pun. 

Jadi, apabila Anda hendak melakukan sesuatu, jika tindakan tersebut tidak merugikan siapapun, atau bahkan memberikan manfaat, maka dapat dikatakan tindakan tersebut benar. 

Ajaran dharma tentu tidak memiliki benefit apabila tidak dipraktikan secara nyata. Di Bali, yang merupakan lokasi sentral dari masyarakat Hindu, banyak sekali orang yang bersuara bahwa dirinya telah memahami esensi dari ajaran dharma. Pernyataan tersebut sering dikemukakan oleh para politisi yang menggunakan agama sebagai gimmick kampanye. Padahal nyatanya, mereka adalah oknum-oknum koruptor di Provinsi Bali.

Implementasi Dharma dalam kehidupan melibatkan banyak usaha untuk mengendalikan diri. Manusia begitu terikat dengan hawa nafsu sejak kelahirannya. 

Dari kecil kita memiliki nafsu yang berawal nafsu untuk makan. Beranjak menjadi lebih dewasa, nafsu itu berkembang menjadi lebih liar, seperti nafsu untuk mendapatkan harta, kekuasaan, lawan jenis, dan lain sebagainya. 

Maka dari itu, untuk mempraktikkan ajaran kebenaran (Dharma), kita perlu berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu terlebih dahulu. Setelah itu, baru lah kita bisa menimbang tindakan mana yang benar serta tindakan mana yang salah.

Tindakan Preventif untuk Mengatasi Korupsi Berdasarkan Agama Hindu

Korupsi adalah momok yang menggerogoti tatanan moral dan keadilan dalam masyarakat. Menghadapi tantangan ini, ajaran agama Hindu menawarkan landasan moral yang kokoh untuk mencegah korupsi melalui penanaman nilai-nilai Dharma, yang mencakup Asteya dan Satya, serta pembentukan lingkungan yang anti korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun