Mohon tunggu...
Angger Firmansyah
Angger Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Relater

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selaksa Asa di Bawah Tudungan Gemintang

26 Oktober 2021   23:07 Diperbarui: 26 Oktober 2021   23:51 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bang, dari tadi Cuma ada kita berdua?" tanya Amir penasaran.

"Iya mir, hanya ada kau dan Dayat yang beli," jawab Bang Bonar yang juga menjadi kebingungan dengan wajah Amir dan Dayat.

Amir dan Dayat pun bergegas membayar dan segera pergi dari warung tersebut. Ribuan pertanyaan mengitari kepala mereka. Rasanya mereka ingin menampik fakta bahwa mereka berdua berhalusinasi.

Dalam perjalanan pulang menyusuri jalan berbatu dan dipayungi rimbunnya pohon bambu. Tak lama kemudian mereka tertawa terbahak bahak menyadari apa yang telah terjadi tadi ternyata halusinasi mereka berdua.

Melalui pencerminan dua pemuda tadi dan semua kemiripan sifat mereka dengan Amir dan Dayat, seolah menunjukkan cara baru dalam menghadapi masalah yang ada. Begitulah hebatnya kuasa tuhan pada hamba hambanya.

"Kau sudah seperti saudara kandungku , boy. Bahkan kita seperti bertelepati melalui halusinasi yang sama,' kata Amir sambil tertawa, ia tak menyangka akan membayangkan hal yang sama dengan Dayat.

"Sudah mir, sudah. Sakit perutku mengingatnya. Lucu ya bagaimana cara tuhan mengingatkan dan menyadarkan kita. Ayolah! Setelah ini kita susun rencana yang hebat, pandemi bukan jadi alasan untuk putus asa bukan, temanku?" balas dayat dengan senyuman lebar.

Dua bocah tadi yang awalnya putus asa, kini pulang dengan membawa harapan baru. Uang pesangon yang tak seberapa terasa penuh dengan semangat mereka. Bedanya, kali ini semangat itu nyata, bukan halusinasi.

Kini justru kepala mereka penuh dengan ide ide hebat. Keluar dari zona nyaman sebagai karyawan. Mulai membantu orang yang membutuhkan dengan bakat mereka yang selama ini terpendam. Kedua pemuda dalam halusinasi tadi mengajarkan mereka cara untuk tetap beraksi di situasi sulit.

Malam tiba dengan langit berbintang, Dayat yang sedang di pintu belakang berbincang dengan Amir yang berada di kamar mandi belakang rumahnya.

"Esok, biar aku yang mulai mendesain poster di warnetnya opung togar. Tak usah kau pikirkan masalah duitnya, biar itu jadi urusanku, Mir." Dayat berseru di pintu rumah nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun