"Ada kok, A. Minimal Adit sekarang jadi punya teman belajar"
Di bulan ke tiga, aku mulai mengetahui bahwa Adit adalah seorang anak yang berbeda dari teman sebayannya. Suatu waktu aku datang, aku mendapati dia sedang menangis. Dia tidak menjawab saat ku tanya, buku yang ku siapkan untuknya tidak diliriknya, apakah hari ini aku hanya melihat dia nangis saja?
"Dit, yuk mulai belajarnya"
Tidak dia gubris
"Dit"
"Dit"
Â
Aku mulai melihat ke arahnya, dia tidak menangis lagi tapi raut mukanya masih sangat sedih.
"Dit, kenapa? Mau cerita?"
Raut mukanya berubah, sedikit sedih lagi lalu kemudian cerita mengenai kesedihannya. Sekitar setengah jam dia bercerita mengenai keinginannya untuk mempunyai handphone baru biar bisa nambah game baru di handphone, tetapi ditolak Ibunya. Dia pun menyampaikan hal ini kepada Ayahnya, tetapi Ayahnya tidak merespon saat diberi pesan pendek dan tidak dijawab saat Adit menelponnya.
Dia bercerita hal ini berulang-ulang khas anak-anak dengan berbahasa Indonesia campur bahasa sunda khas Bandung.