Setelah bercerita, dia mau melirik buku yang dari tadi sudah ku siapkan. Hari itu aku tidak terlalu mengerti yang ku lakukan saat itu, yang pasti hari itu mau belajar mengenai ASEAN dan tidak terlalu terbata-bata di perkalian 7.
Selesai dari sana, malam itu aku pulang dengan berjalan kaki. Sedikit melamun atau mungkin bisa disebut merenung, betapa aku beruntung lahir di keluarga dengan orang tua yang lengkap walaupun sering dikejar-kejar keterbatasan uang.
Beberapa minggu setelahnya, tidak banyak kelakuan Adit yang membuat tercengang, entah karena aku sudah terbiasa atau memang cuma sebatas manja saja Adit itu. Dia memang susah dalam hal akademik, itu yang selalu ada di pikiranku. Aku pun tidak bisa berharap banyak, itu juga yang ku sampaikan kepada Ibunya.
Saat akan belajar bersama Adit, seperti malam-malam sebelumnya, Ibunya Adit ada di teras sambil merokok dan baca koran pagi yang ku pikir tidak sempat ia baca. Hanya kopi yang tidak ada, kalau harus disamakan dengan kebiasaan Ayahku di rumah.
Saat adit sedang belajar menulis kalimat bahasa indonesia, dia berkata dengan suara pelan.
"Kak, minggu depan Ibu ulang tahun. Adit udah nabung buat beliin hadiah ulang tahun untuk Ibu"
"mau beli apa, Dit?"
"ga tau, Kak. Menurut Kakak apa ya?"
Aku pun bingung ditanya seperti itu. Aku menyarankan.
"Adit beli aja sesuatu yang Ibu suka, lalu sesuaikan dengan uang yang sudah Adit tabung" sok bijak, pikirku dalam hati.
Dia pun terlihat berpikir sejenak. Selesai membuat beberapa kalimat bahasa indonesia, sesi belajar hari itu pun berakhir. Aku pamit kepada Adit dan Ibunya.