Mohon tunggu...
Angga
Angga Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Seorang penulis yang suka dengan dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pekerja Digital Mau Coba Detoks Digital? Apa Mungkin?

6 Februari 2024   12:15 Diperbarui: 8 Februari 2024   01:03 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi detoks digital. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Coba bayangkan, layar ponsel yang menyala hingga larut malam, email pekerjaan yang terus-menerus masuk, dan notifikasi yang menghantui, bahkan mungkin sampai terbawa ke dalam mimpi. Sekarang, apa kamu pernah memikirkan sejenak untuk "menyelamatkan" diri dari kegilaan teknologi yang tak berkesudahan ini?

Meski kita tahu akan pentingnya teknologi, kita juga sadar bahwa terkadang teknologi bisa menjadi racun yang menggerogoti kesehatan fisik dan mental. Kita juga tahu bahwa tidak seharusnya seorang pengguna dikontrol oleh teknologi yang digunakannya. Namun ironisnya, banyak dari kita yang justru terjebak dalam lingkaran tak berujung dari notifikasi, email, dan layar yang tak pernah mati.

Kita hidup dalam realitas di mana sementara kita berupaya mengendalikan gadget, pada akhirnya, justru gadget yang mengendalikan hidup kita. Maka, muncul pertanyaan: apakah kita membutuhkan detoks digital sebagai jalan keluar dari paradoks ini?

Detoks Digital, Mirip Puasa Cuma Bedanya...

Detoks digital sebenarnya mirip dengan puasa, namun kita bukan sedang menahan diri dari makanan. Detoks digital adalah momen ketika kita berhenti sejenak dari layar gadget, berinternet, dan menyelami dunia maya. Ini adalah waktu di mana kita memutuskan untuk "offline" sejenak untuk memberi ruang pada kehidupan di dunia nyata.

Ketika kita puasa, kita menahan diri dari makanan untuk membersihkan tubuh. Detoks digital mirip, tapi kita "menahan diri" dari teknologi untuk membersihkan pikiran dan emosi. seperti puasa yang membuat tubuh lebih sehat, detoks digital bisa membuat pikiran kita lebih seimbang dan hidup lebih berwarna.

Perlu dicatat, detoks digital ini beda dengan diet digital. Kalau diet digital hanya sebatas membatasi penggunaan, detoks digital mengajak kita untuk benar-benar menarik diri dari dunia digital untuk beberapa waktu. Jadi, bisa dibilang, ini seperti puasa, tapi dari dunia maya.

Ilustrasi Detoks Digital (Sumber: netzsieger.de)
Ilustrasi Detoks Digital (Sumber: netzsieger.de)

Kenapa Harus Detoks Digital? Karena Kesehatan Mental Itu Penting!

Nah, pertanyaannya sekarang, kenapa kita perlu melakukan detoks digital? 

Detoks digital bukanlah ajakan untuk hidup di zaman batu tanpa teknologi. Ini lebih tentang menciptakan keseimbangan dan mengatasi kecanduan teknologi yang bisa merusak kesehatan mental dan fisik kita.

Stres, kecemasan, dan kelelahan mental rasanya sudah sangat akrab dengan kehidupan manusia modern, khususnya di era digital seperti sekarang ini. Informasi yang terus mengalir, tekanan pekerjaan, dan ekspektasi sosial menambah beban yang cukup berat pada kesehatan mental manusia.

Detoks digital itu ibarat liburan bagi otak dan jiwa kita. Bayangkan kalau otak didorong untuk menyerap informasi tanpa henti, tentu lam-lama ia akan merasa kelelahan. Detoks digital adalah momen di mana otak bisa beristirahat sejenak, merenung, dan menyusun rencana baru tanpa banyak distraksi.

Dengan melakukan detoks digital, kita memberi ruang bagi otak untuk bernapas. Tanpa deretan notifikasi dan layar yang terus menyala, kita bisa lebih fokus pada diri sendiri, mengevaluasi prioritas hidup, dan mengurangi stres yang terus-menerus.

Manfaat Detoks Digital: Mulai dari Tidur Nyenyak Tanpa Diganggu Notif Sampai Jadi Lebih Produktif

Ada manfaat besar yang bisa didapat dengan melepaskan diri sejenak dari serbuan informasi digital. Mulai dari tidur nyenyak tanpa diganggu notifikasi hingga meningkatnya produktivitas, detoks digital bukan sekadar tren, tapi bisa menjadi kunci kehidupan yang lebih seimbang.

1. Meningkatkan kualitas tidur

Bayangkan kamu sudah meraih fase tidur nyaman, tapi tiba-tiba layar smartphone bersinar terang dan bunyi notifikasi memecah keheningan malam. Dengan kantuk yang masih melekat di mata, kamu mencoba memahami isinya.

Apakah itu pesan darurat atau hanya email rutin? Meskipun rasa ingin tahu begitu kuat, tetapi setelah membaca isi pesan, kekhawatiran tentang pekerjaan yang belum selesai atau revisi yang perlu dilakukan bisa mengganggu pikiran dan membuat sulit untuk kembali terlelap.

Detoks digital bisa membawa perubahan positif pada pola tidurmu. Dengan membatasi akses ke gadget menjelang tidur, kamu memberi otak dan tubuh waktu untuk bersiap-siap untuk tidur dengan tenang.

Tanpa gangguan notifikasi yang tidak terduga, tidurmu jadi lebih dalam dan nyaman. Pikiran yang sebelumnya terbebani oleh urusan pekerjaan atau pesan tak terbaca, kini bisa benar-benar lebih relaks.

2. Mengurangi stress dan kecemasan

Meski tidak semua, beberapa konten dan komentar di media sosial terkadang justru menimbulkan emosi negatif. Menurut para psikolog dari Inggris, ada korelasi antara kecanduan internet dan depresi. Mereka yang terjebak dalam dunia maya berlebihan cenderung lebih rentan terhadap depresi.

Bagi pekerja digital, ini juga bisa tercermin dalam kecemasan saat membuka email atau chat, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan. Detoks digital? Bisa jadi ini jawabannya. Dengan menetapkan batas dan strategi khusus, kita bisa menyelamatkan diri dari gempuran gelombang stres.

3. Lebih fokus pada diri sendiri dan hal-hal bermakna

Media sosial sering jadi panggung social comparison yang tidak sehat di mana setiap orang tergoda untuk membandingkan pencapaian, penampilan, dan bahkan kebahagiaan mereka dengan yang lain. Padahal di balik tampilan sempurna di media sosial, kenyataannya setiap individu punya beban dan tantangannya masing-masing.

Detoks digital memberikan ruang untuk mengurangi efek perbandingan ini, membebaskan kita dari tekanan untuk selalu menjadi "lebih baik" atau "sama dengan" orang lain. Dengan membatasi paparan terhadap dunia maya yang terkadang tidak realistis, kita dapat lebih fokus pada perjalanan pribadi, memahami keunikan diri sendiri, dan menemukan makna dalam hal-hal yang benar-benar berarti bagi kebahagiaan dan pertumbuhan pribadi kita.

4. Menjaga keseimbangan hidup

Bagi pekerja digital, work-life-balance mungkin terdengar seperti mitos. Rasanya jauh sekali, bahkan mustahil bisa diraih. Padahal, pekerja digital juga manusia yang butuh keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi.

Dengan mereduksi paparan teknologi, kita memberi waktu yang lebih adil pada diri sendiri, memberikan perhatian yang setara pada tugas-tugas pekerjaan dan momen-momen berharga dalam kehidupan pribadi. Tidak lagi terjebak dalam dunia maya yang tak kunjung usai, melainkan berdiri di titik kesetimbangan antara produktivitas pekerjaan dan kebahagiaan personal.

5. Meningkatkan produktivitas jangka panjang

Detoks digital bukan soal mematikan segalanya, tetapi memilih apa yang benar-benar penting. Dengan membatasi konsumsi konten digital, kita bisa mengurangi distraksi dan fokus pada hal-hal yang lebih produktif.

Bagi pekerja digital, mungkin ini terdengar kontraproduktif. Tapi, memotong waktu untuk mengonsumsi konten digital dapat membersihkan pikiran, memberikan energi baru, dan pada akhirnya, meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang. Jangan salah, mengurangi waktu di dunia digital bisa jadi kunci kesuksesan pekerja digital yang produktif!

Detoks Digital untuk Pekerja Digital, Mission Impossible?

Setiap hari berkutat dengan teknologi dan dunia digital sebagai bagian dari pekerjaan. Kalau tidak pakai komputer, smartphone, dan mengakses internet, bagaimana bisa kerja? Terus, apa mungkin pekerja digital melakukan detoks digital?

Bagi pekerja digital, detoks digital terasa seperti melawan arus. Kita terjebak dalam siklus 24/7, merasa perlu untuk selalu online demi tugas dan proyek yang datang terus-menerus.

Tantangannya melibatkan keterikatan emosional dan ketergantungan fungsional terhadap perangkat dan platform digital. Ditambah lagi, godaan untuk sekadar scrolling media sosial atau menjawab email di tengah malam selalu mengintai. Tidak heran kalau banyak dari kita merasa sulit untuk memutuskan koneksi.

Tapi mengakui tantangan khusus yang dihadapi pekerja digital dalam menjalani detoks adalah langkah pertama untuk menaklukkan "Mission Impossible". Kalau soal cara, ada banyak tips detoks digital berseliweran di jagad maya. Misalnya dengan benar-benar "offline" di luar jam kerja atau di hari libur, dan memanfaatkan teknologi sekadar untuk urusan pekerjaan.

Kalau ingin lebih seru, kita juga bisa mencoba sedikit lebih kreatif. Misalnya seperti membuat tantangan yang dirancang seperti sebuah game dan memberi hadiah pada diri sendiri ketika berhasil melalui tantangan itu.

Memulai Detoks Digital: Tentukan Goal dan Buat Aturan yang Realistis

Kalau bicara soal cara detoks digital, sebenarnya tidak sulit untuk menemukannya. Tapi masalah detoks digital untuk pekerja digital sebenarnya bukan soal caranya. Detoks digital terasa lebih sulit karena tips yang ada umumnya kurang memperhatikan kondisi pekerja digital yang sangat intens berhubungan dengan teknologi.

Kunci sukses detoks digital sebenarnya bukan terletak pada cara-cara yang revolusioner atau out-of-the-box. Jauh sebelum itu, kita harus paham bahwa apapun caranya, semua tidak akan banyak berarti kalau tidak punya goal dan aturan main yang konsisten dipegang.

Goal detoks digital ini tidak perlu muluk-muluk. Kita tidak perlu merencanakan detoks yang total dan drastis. Sebaliknya, tentukan goal yang realistis dan sesuai dengan kondisi kita saat ini.

Misalnya, mungkin kita ingin memiliki waktu setidaknya satu jam sehari tanpa terhubung dengan teknologi. Tentu saja, goal seperti ini jauh lebih realistis untuk dicapai. Di samping itu, goal juga harus sesuai dengan rutinitas dan tanggung jawab pekerjaan kita.

Selain itu, buat aturan detoks digital yang realistis, tidak terlalu ketat, dan mudah dipegang. Sesuaikan aturan dengan jadwal kerja. Mungkin kamu bisa menentukan waktu "no gadget" setelah jam kerja selesai, misalnya dari pukul 21.00 hingga pukul 09.00 keesokan harinya. Ini memberikan waktu yang cukup untuk benar-benar lepas dari dunia maya.

Hari libur adalah kesempatan emas untuk melakukan detoks digital secara full. Manfaatkan waktu ini untuk benar-benar jauh dari gadget, email, dan segala hal yang terhubung dengan pekerjaan. Ini adalah momen untuk memanjakan diri sendiri, menjernihkan pikiran, dan meresapi momen tanpa kehadiran teknologi.

Detoks digital tidak seharusnya dibuat rumit. Lagipula, pada intinya ini bukan soal meninggalkan teknologi, tapi lebih kepada menciptakan keseimbangan yang sehat antara dunia digital dan kehidupan nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun