Mohon tunggu...
Angga
Angga Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Seorang penulis yang suka dengan dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pekerja Digital Mau Coba Detoks Digital? Apa Mungkin?

6 Februari 2024   12:15 Diperbarui: 8 Februari 2024   01:03 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi detoks digital. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Bagi pekerja digital, work-life-balance mungkin terdengar seperti mitos. Rasanya jauh sekali, bahkan mustahil bisa diraih. Padahal, pekerja digital juga manusia yang butuh keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi.

Dengan mereduksi paparan teknologi, kita memberi waktu yang lebih adil pada diri sendiri, memberikan perhatian yang setara pada tugas-tugas pekerjaan dan momen-momen berharga dalam kehidupan pribadi. Tidak lagi terjebak dalam dunia maya yang tak kunjung usai, melainkan berdiri di titik kesetimbangan antara produktivitas pekerjaan dan kebahagiaan personal.

5. Meningkatkan produktivitas jangka panjang

Detoks digital bukan soal mematikan segalanya, tetapi memilih apa yang benar-benar penting. Dengan membatasi konsumsi konten digital, kita bisa mengurangi distraksi dan fokus pada hal-hal yang lebih produktif.

Bagi pekerja digital, mungkin ini terdengar kontraproduktif. Tapi, memotong waktu untuk mengonsumsi konten digital dapat membersihkan pikiran, memberikan energi baru, dan pada akhirnya, meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang. Jangan salah, mengurangi waktu di dunia digital bisa jadi kunci kesuksesan pekerja digital yang produktif!

Detoks Digital untuk Pekerja Digital, Mission Impossible?

Setiap hari berkutat dengan teknologi dan dunia digital sebagai bagian dari pekerjaan. Kalau tidak pakai komputer, smartphone, dan mengakses internet, bagaimana bisa kerja? Terus, apa mungkin pekerja digital melakukan detoks digital?

Bagi pekerja digital, detoks digital terasa seperti melawan arus. Kita terjebak dalam siklus 24/7, merasa perlu untuk selalu online demi tugas dan proyek yang datang terus-menerus.

Tantangannya melibatkan keterikatan emosional dan ketergantungan fungsional terhadap perangkat dan platform digital. Ditambah lagi, godaan untuk sekadar scrolling media sosial atau menjawab email di tengah malam selalu mengintai. Tidak heran kalau banyak dari kita merasa sulit untuk memutuskan koneksi.

Tapi mengakui tantangan khusus yang dihadapi pekerja digital dalam menjalani detoks adalah langkah pertama untuk menaklukkan "Mission Impossible". Kalau soal cara, ada banyak tips detoks digital berseliweran di jagad maya. Misalnya dengan benar-benar "offline" di luar jam kerja atau di hari libur, dan memanfaatkan teknologi sekadar untuk urusan pekerjaan.

Kalau ingin lebih seru, kita juga bisa mencoba sedikit lebih kreatif. Misalnya seperti membuat tantangan yang dirancang seperti sebuah game dan memberi hadiah pada diri sendiri ketika berhasil melalui tantangan itu.

Memulai Detoks Digital: Tentukan Goal dan Buat Aturan yang Realistis

Kalau bicara soal cara detoks digital, sebenarnya tidak sulit untuk menemukannya. Tapi masalah detoks digital untuk pekerja digital sebenarnya bukan soal caranya. Detoks digital terasa lebih sulit karena tips yang ada umumnya kurang memperhatikan kondisi pekerja digital yang sangat intens berhubungan dengan teknologi.

Kunci sukses detoks digital sebenarnya bukan terletak pada cara-cara yang revolusioner atau out-of-the-box. Jauh sebelum itu, kita harus paham bahwa apapun caranya, semua tidak akan banyak berarti kalau tidak punya goal dan aturan main yang konsisten dipegang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun