Daripada memaksakan untuk memasukkan keyword dan berisiko membuat artikel jadi terdengar tidak natural, jauh lebih baik jika membuat artikel tetap enak dibaca namun tetap relevan dengan keyword yang diincar.
Ada banyak cara untuk melakukan hal tersebut. Misalnya saja dengan menggunakan sinonim atau merangkai kata, kalimat, hingga paragraf sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa artikel tersebut masih relevan dengan keyword yang dikejar.
Konten Sebagai Alat Jualan
Sebenarnya tujuan akhir dari konten bukan untuk direct selling atau jualan secara langsung. Konten tidak selalu menjadi faktor tunggal yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan pembelian. Keputusan membeli dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan konten hanya berperan di bagian awal dari perjalanan konsumen, yaitu dalam tahap pemasaran.
Konten sebenarnya lebih efektif digunakan untuk marketing. Misalnya, konten yang dibuat dengan baik dapat mengarahkan lalu lintas (traffic) ke situs web atau halaman penjualan (landing page) suatu bisnis. Ketika seseorang mengonsumsi sebuah konten dan merasa tertarik dengan konten tersebut, besar kemungkinan mereka akan terdorong untuk menjelajahi konten lain. Hal ini menciptakan traffic ke situs atau halaman sang pembuat konten.
Selain meningkatkan awareness, konten juga bisa digunakan untuk mengkonversi audiens agar naik level dari sekedar aware menjadi consider. Dari yang awalnya hanya sebatas tahu jadi tergerak untuk menggali informasi lebih jauh terkait produk atau brand tertentu.
Selain sebagai alat marketing, konten juga sangat efektif sebagai alat branding. Dengan membuat konten yang relevan dengan keahlian dari sang kreator konten, audiens cenderung akan menilai bahwa sang konten kreator memang kompeten di bidang tersebut.
Efek serupa juga berlaku jika sang pembuat konten adalah brand atau perusahaan. Sebagai alat branding, konten juga bisa digunakan untuk menunjukkan karakter atau kepribadian dari sang konten kreator ataupun brand.
Sebagai contoh, jika sebuah brand ingin menunjukkan kepada publik bahwa mereknya memiliki kepribadian yang menyenangkan, konten yang dibuat harus bisa menunjukkan hal tersebut. Tentu saja, gaya penyampaian dan gaya bahasa yang digunakan juga harus disesuaikan.
Meski tidak secara langsung digunakan untuk tujuan selling, konten jelas bisa dimanfaatkan untuk mem-filter konsumen atau klien ideal, dan mengarahkan mereka ke tahap selling. Namun perlu diingat, konten hanya bisa mengantarkan sampai ke pintu gerbang selling, bukan melakukan closing. Karena untuk closing, kamu membutuhkan tools dan cara lain.
Sebagai sebuah alat, kekuatan konten sangat bergantung pada kemampuan orang yang menggunakannya. Konten membutuhkan arah dan treatment yang tepat untuk mengeluarkan potensi terbesarnya. Hanya dengan strategi yang terukur dan pendekatan yang tepat, sebuah konten bisa saja menginspirasi, memikat, dan membangun ikatan yang kuat dengan audiensnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H