Di tengah lautan informasi, keinginan untuk menciptakan konten yang meledak dan menjadi viral telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam permainan yang terus berkembang.Â
Obsesi untuk meraih popularitas instan telah menjalar dalam benak banyak individu, mendorong mereka melakukan upaya tak kenal lelah demi mencapai tujuan ini.Â
Terkadang, taktik yang digunakan bisa mengejutkan, bahkan mencapai titik ekstrem atau terperangkap dalam kontroversi. Namun, mirip dengan perburuan pelangi, hanya sedikit yang berhasil menemukan pot emas di ujungnya.
Tantangannya begitu kompleks. Bagaimana sebuah konten bisa menjadi magnet yang menarik ribuan bahkan jutaan mata yang secara konstan dijejali deru informasi? Apa yang membuat satu konten terangkat di atas yang lain, memuncaki sorotan yang diidamkan oleh banyak kreator konten?
Diidamkan Banyak Kreator Konten Namun Sedikit yang Mendapatkan
Di balik hasrat akan viralitas, terbentang jalan yang penuh intrik dan ketidakpastian. Orang-orang terperangkap dalam aliran informasi yang tak terputus, di mana eksistensi mereka diukur oleh jumlah like, share, dan komentar.Â
Mereka mengupayakan kesuksesan yang terdefinisi dalam angka-angka, mengejar popularitas yang seringkali terasa menyilaukan. Namun, pandangan akan kesuksesan ini tidaklah linear atau dapat dipastikan.
Pada banyak kesempatan, upaya ekstrem dilakukan untuk menarik perhatian. Konten-konten dibuat provokatif, mencolok, bahkan menyimpang dari etika dan nilai-nilai yang diterima secara umum.
Ada yang berhasil menarik sorotan di antara keramaian, namun respons terhadap konten tersebut tidak selalu sesuai harapan. Ironisnya, viralitas seringkali datang dari situasi di mana batas-batas moral diabaikan, menghasilkan sensasi yang menarik perhatian banyak orang.
Namun, kesuksesan yang tampak begitu dekat dapat menjadi bumerang. Kontroversi yang muncul dari konten yang menyimpang sering kali mengundang respons negatif. Tak jarang, popularitas instan ini datang dengan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Backlash publik bisa saja muncul, membanjiri kreator konten dengan kritik tajam dan memunculkan pertanyaan tentang integritas dan tujuan sebenarnya dari konten tersebut. Pada akhirnya, apa yang tampak seperti puncak kesuksesan seringkali berujung pada kerugian yang melumpuhkan, meruntuhkan reputasi yang dibangun dengan susah payah.
Mengurai Fenomena Viralitas Konten, Menguak Apa yang Menjadikannya Viral
Fenomena viralitas konten seringkali tampil dengan sisi tak terduga. Pernahkah Anda mengamati beberapa video lipsing pada masa lalu yang secara tiba-tiba meroket ke popularitas yang luar biasa pada sekitar tahun 2009?
Jika dilihat dari sudut pandang kualitas, konten-konten tersebut seringkali tidak menonjol. Baik dari segi konsep maupun kualitas audio-visual, mereka justru terasa sederhana dan spontan. Namun, mengapa justru konten semacam ini bisa menjadi viral dan menciptakan ketenaran bagi penciptanya?
Tidak semua konten viral memiliki kualitas tinggi atau nilai yang signifikan. Namun, satu hal yang pasti, konten-konten ini mampu menonjol di tengah keramaian. Mereka memiliki daya tarik yang mampu menembus batasan, memunculkan keunikan yang membuatnya sulit diabaikan.
Keberhasilan konten viral tidak hanya bergantung pada kualitas atau kelengkapan konsep semata. Beberapa di antaranya mendapat sorotan karena kemunculannya pada saat yang tepat, beriringan dengan isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan.
Namun, tidak semua konten yang melompat pada kereta isu-isu populer menjadi viral. Sebaliknya, banyak yang tenggelam dalam banjir konten serupa yang turut memanfaatkan momen tersebut.
Keberuntungan masih memiliki peran besar dalam dinamika viralitas konten. Banyak pencipta konten yang berusaha keras menciptakan konten yang mereka harapkan akan viral, namun hasilnya jauh dari harapan.
Di sisi lain, ada juga yang tanpa sengaja menciptakan sesuatu yang tak terduga dan justru menjadi viral. Namun, popularitas semacam itu seringkali juga bersifat sementara, sulit dipertahankan meskipun telah berupaya keras untuk meniru atau menciptakan konten dengan formula yang serupa.
Peran penonton jelas tak bisa diabaikan dalam perjalanan sebuah konten menuju viralitas. Mereka menjadi penggerak utama yang turut menyebarkan konten yang dihasilkan. Namun, reaksi penonton terhadap sebuah konten seringkali tidak dapat diprediksi. Bahkan meski kontennya mirip, respon yang didapat bisa saja berbeda.
Sosok pembuat konten juga bisa memengaruhi potensi viralitas. Konten yang dihasilkan oleh sosok terkenal cenderung memiliki peluang lebih besar untuk menjadi viral dibandingkan dengan konten yang dibuat oleh individu biasa. Begitu pula dengan fenomena konten yang di-share ulang oleh tokoh terkemuka, yang seringkali mampu menarik perhatian publik dengan lebih cepat.
Tidak jarang, konten viral justru bersifat sederhana dan spontan. Beberapa bahkan tidak terencana secara matang. Namun, keberhasilan mereka terletak pada kemampuan untuk merangkul banyak orang. Kemampuan untuk menjadi relevan dan beresonansi dengan audiens membuat konten tersebut menjadi magnet perhatian bagi banyak orang.
Butuh Lebih dari Sekedar Kualitas
Terkadang, paradoks muncul dalam upaya mengejar konten viral. Tidak semua konten yang meraih popularitas massal adalah cerminan dari kualitas yang unggul. Bahkan, sebagian besar dari mereka dapat dikategorikan sebagai absurd, tanpa nilai yang jelas atau manfaat yang nyata bagi penontonnya. Viralitas, sejatinya, tidak selalu terkait erat dengan mutu atau keunggulan suatu konten.
Menurut pandangan penulis, yang lebih krusial dalam kesuksesan sebuah konten adalah seberapa mampu konten itu untuk merangkul banyak orang. Jadi pertanyaan utamanya bukanlah tentang seberapa berkualitas konten tersebut, melainkan seberapa mampu konten itu beresonansi dan mengetuk emosi audiensnya.
Apakah konten itu bisa membangkitkan perasaan atau refleksi mendalam di hati penontonnya? Inilah yang menjadi faktor penentu yang sering kali jauh lebih penting daripada kualitas produksi atau kecanggihan konsep.
Tidak hanya konten itu sendiri yang memegang peran, tetapi juga cara bagaimana konten tersebut disebarkan di jagat media sosial.Â
Fenomena viralitas umumnya terjadi di platform-platform media sosial, di mana konten di-share ulang oleh orang-orang yang merasa terhubung secara emosional dengan konten tersebut. Mereka yang merasa terkait akan secara sukarela menyebarkan konten tersebut kepada jaringan mereka, membangun hubungan yang semakin meluas dan luas.
Konten viral bukan hanya sekedar pernyataan atau visual yang menarik, tetapi lebih merupakan katalisator emosional yang memicu respons yang kuat dari orang-orang yang terhubung dengannya. Ini membuktikan bahwa dalam ranah viralitas, nilai emosional dan kemampuan untuk merangkul audiens jauh lebih penting daripada hanya sekedar kualitas dari segi teknis atau visual.
Kebenaran Soal Konten Viral, Bisa Diusahakan tapi Tidak Ada Jaminan
Sepintas viralitas konten terlihat seperti teka-teki yang bisa dipecahkan. Ada pola-pola tertentu yang dapat diamati dan dipelajari. Orang dapat dengan cermat meniru langkah-langkah yang dianggap sukses dalam menciptakan konten viral.
Penting untuk dicatat bahwa meniru pola tersebut tidak menjamin kesuksesan yang sama. Seringkali, upaya meniru konten-konten viral terdahulu tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
Faktor keberuntungan masih memiliki peran yang sangat besar. Meskipun seseorang telah menerapkan tips dan strategi yang dianggap dapat membuat konten menjadi viral, tak ada jaminan bahwa usaha itu akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Keberuntungan masih memiliki andil yang signifikan dalam kesuksesan sebuah konten di jagat digital.
Meski tidak ada jaminan pasti bahwa suatu konten akan menjadi viral, ini tidak berarti bahwa setiap upaya yang dilakukan adalah sia-sia. Konten yang dikonsep dengan matang dan disebarkan dengan strategi yang tepat memiliki potensi lebih besar untuk menjangkau lebih banyak orang dibandingkan dengan konten yang dibuat tanpa perencanaan. Jadi meski tidak ada jaminan kesuksesan, upaya ini setidaknya memberikan peluang lebih besar untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Fokus pada Apa yang Bisa Diusahakan, Anggap Viralitas sebagai Bonus
Pada akhirnya, mematok sebuah konten untuk menjadi viral itu seperti melempar dadu ke dalam gelap. Variabel-varibel yang berada di luar kendali terlalu banyak, membuatnya sulit untuk menjamin bahwa konten yang dibuat pasti akan menjadi viral. Bahkan, jika kita merenung lebih dalam, mungkin masih ada variabel lain yang tersembunyi dan belum terungkap yang mempengaruhi proses tersebut.
Sebaliknya, daripada fokus pada perburuan viralitas yang tak pasti, lebih bijaksana untuk menitikberatkan perhatian pada hal-hal yang masih bisa kita kontrol.
Membuat konten yang memberikan manfaat nyata bagi banyak orang dan menyajikannya dengan cara yang sesuai dan relevan untuk kelompok audiens yang membutuhkan, itu semua jauh lebih masuk akal. Alih-alih mengejar kesuksesan instan, lebih baik mengejar nilai dan dampak yang bisa dihasilkan melalui konten yang kita hasilkan.
Jika pada suatu waktu konten yang kita buat memang secara tak terduga menjadi viral, anggap itu sebagai bonus atas usaha yang selama ini dilakukan untuk menyajikan konten yang berkualitas.
Lebih dari sekedar melihat viralitas sebagai tujuan akhir, melihatnya sebagai hasil dari kesungguhan dalam memberikan nilai dan manfaat melalui konten bisa membawa kepuasan yang lebih mendalam. Memperlakukan viralitas sebagai bonus dari kualitas konten yang diberikan merupakan perspektif yang lebih sehat dan lebih membumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H