Mohon tunggu...
Angga
Angga Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Seorang penulis yang suka dengan dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Penuh Ketidakpastian, Manajemen Finansial Freelancer Memang Harus Beda

28 Agustus 2023   12:00 Diperbarui: 28 Agustus 2023   16:50 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi manajemen finansial freelancer (Sumber: Unsplash)

Freelancer sering digambarkan sebagai sebuah profesi yang penuh kebebasan dan fleksibilitas. Tidak ada jam kantor yang mengikat, punya kendali atas waktu dan tempat kerja, serta punya potensi penghasilan yang lebih menggiurkan dibandingkan karyawan konvensional, semua penggambaran itu membuat pekerja freelance semakin terlihat seperti profesi impian semua orang. 

Selama pekerjaan selesai sesuai deadline dan hasilnya memuaskan, seorang pekerja freelance bebas menentukan jadwal, lokasi, dan jenis proyek yang ingin diambil.

Namun, setelah menjajaki dunia freelance selama lebih dari 10 tahun, semua penggambaran tersebut sebenarnya hanya setengah benar. Kehidupan pekerja freelance punya sisi gelap yang perlu dihadapi, terutama dalam mengatur masalah finansial.

Penghasilan tidak Pasti, Seorang Freelancer Harus Menguasai Seni Hidup Irit

Sudah menjadi rahasia umum kalau gaji freelancer itu sangat fluktuatif. Layaknya roller coaster, ada saatnya penghasilan seorang freelancer melonjak tinggi dan anjlok di waktu yang lain. Bahkan, kemungkinan tidak mendapat penghasilan selama 1 bulan atau bahkan lebih juga bukan sesuatu yang sepenuhnya mustahil.

Tidak ada yang namanya gaji tetap layaknya karyawan. Jadi kalau tidak cermat mengelola finansial, kebutuhan dasar bisa saja tidak terpenuhi.

Untuk mengimbangi penghasilan yang tidak pasti, seorang pekerja freelance harus bisa hidup irit. Pengeluaran harus dikontrol ketat demi menjaga keseimbangan finansial. 

Menahan diri dari pembelian impulsif dan hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan juga harus menjadi dasar strategi yang harus diterapkan. Mengurangi pengeluaran rutin dengan cara memasak di rumah, menggunakan transportasi umum, dan memangkas pengeluaran hiburan juga akan sangat membantu.

Pandangan soal mana kebutuhan dan mana keinginan juga harus jelas. Sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, seorang pekerja freelance harus benar-benar memikirkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya sekedar keinginan sesaat.

Jangan mudah terjebak pada godaan promo tanggal cantik atau flash sale yang mendorong pembelian impulsif. Jadi bagi freelancer seharusnya tidak ada lagi yang namanya beli barang yang tidak dibutuhkan hanya karena alasan "mumpung promo".

Persiapan untuk Masa Sulit, Punya Dana Darurat Lebih Banyak itu Wajib

Hidup tidak selalu bisa diprediksi. Untuk menghadapi situasi tak terduga, dana darurat harus dipersiapkan, apalagi bagi seorang pekerja freelance.

Fungsi dana darurat ini pada dasarnya sebagai penyangga ketika menghadapi masa-masa krisis atau situasi-situasi mendesak seperti sakit, kecelakaan, atau saat proyek yang diandalkan mendadak berakhir. 

Umumnya, disarankan untuk memiliki dana darurat setidaknya 3-6 bulan biaya hidup. Namun untuk seorang freelancer, besarnya dana darurat harus lebih dari itu.

Penulis sendiri pernah mengalami masa-masa sulit di mana selama 6 bulan lebih penghasilan merosot tajam. Setiap bulan memang masih ada project. Tapi total penghasilan yang diperoleh tidak sampai setengah UMK Jogja yang notabene memang terkenal rendah.

Untungnya, penulis punya dana darurat yang cukup besar dan tidak punya cicilan utang sama sekali. Jadi meski penghasilan merosot tajam, setidaknya penulis dan keluarga masih bisa bertahan tanpa harus berutang.

Menurut pengalaman pribadi penulis, besarnya dana darurat yang perlu dipersiapkan seorang pekerja freelance ini mirip seperti pelaku usaha. Setidaknya, besarannya antara 6-12 bulan biaya hidup tergantung tanggungan. 

Semakin besar dana darurat yang dimiliki, ruang untuk bernafas dan mencari sumber penghasilan baru juga akan semakin lega.

Boleh Utang tapi Jangan Gampangan

Kalau bicara soal utang, penulis sendiri sebenarnya memosisikan diri di posisi moderat. Utang boleh tapi harus cermat. Bukan sekedar memprioritaskan utang produktif dan sebisa mungkin menghindari utang konsumtif. Potensi dan risiko utang yang diambil juga harus diperhitungkan.

Selama perjalanan menjadi seorang freelancer, penulis belajar bahwa utang bisa menjadi pisau bermata dua. Dalam hal ini semua profesi memang sama. Bedanya, di mata freelancer mata pedangnya bisa jauh lebih tajam.

Utang produktif di tangan pekerja freelance berpotensi meningkatkan penghasilan secara signifikan. Misalnya saja utang untuk membeli peralatan kerja yang lebih bagus atau utang untuk mengikuti pelatihan.

Dengan alat yang lebih lengkap dan lebih canggih, seorang freelancer bisa meningkatkan efisiensi kerja. Berbekal skill baru atau skill tingkat lanjut yang didapat dari pelatihan, peluang menawarkan servis baru atau meningkatkan tarif layanan akan terbuka lebih lebar.

Kalau soal utang konsumtif, sebisa mungkin penulis sangat menghindari, apalagi berutang hanya demi memuaskan gengsi. Penghasilan pekerja freelance itu tidak pasti. Jadi, rasanya sangat disayangkan kalau menambah beban finansial hanya untuk sesuatu yang tidak ada urgensinya sama sekali.

Rajin Investasi dan Konsisten Menambah Sumber Penghasilan

Investasi adalah kunci untuk membangun masa depan yang stabil, terlebih dalam dunia freelancing. Jangan menunggu punya penghasilan besar baru berinvestasi. Meski begitu, investasi juga harus taktis sesuai dengan kondisi finansial saat ini.

Kalau pendapatan masih kecil, fokus utama investasinya adalah mengembangkan skill bernilai tinggi dan menebar benih-benih untuk menumbuhkan sumber penghasilan baru. 

Setelah penghasilan meningkat, barulah merambah ke instrumen investasi seperti saham, obligasi, reksa dana, atau properti. Saat kondisi finansial lebih mapan, diversifikasi investasi akan jadi lebih relevan.

Seorang pekerja freelance juga tidak boleh hanya bergantung pada satu sumber penghasilan. Jangan hanya bergantung pada satu klien atau satu servis andalan. Buka jalan untuk menjangkau klien-klien baru. Kembangkan layanan baru dan kemas layanan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan preferensi klien yang diincar.

Punya beberapa sumber penghasilan sebenarnya tidak selalu bisa diartikan dengan punya penghasilan lebih besar. Namun dengan sumber penghasilan yang lebih tersebar, penghasilan seorang pekerja freelance akan jauh lebih stabil meski ada klien yang tidak melanjutkan kontrak atau servis andalan sedang sepi orderan.

Prinsip Soal Uang dan Manajemen Keuangan yang Penulis Yakini

Petualangan penulis sebagai pekerja dengan gaji tetap selama 6 tahun dan seorang freelancer selama lebih dari 12 tahun membentuk pandangan yang unik soal uang. 

Misalnya soal hidup irit. Kalau soal ini, baik pekerja dengan gaji tetap atau pekerja freelance pada dasarnya mirip. Bedanya, prinsip yang mendasarinya sangat berbeda.

Alasan orang memutuskan hidup irit umumnya untuk menjaga stabilitas keuangan dan menabung lebih banyak. Bagi pekerja dengan gaji tetap, prinsipnya adalah gaji bulan ini harus cukup untuk satu bulan ke depan. Namun untuk freelancer, prinsip seperti ini tidak cukup untuk menjamin stabilitas finansial tetap terjaga.

Seorang pekerja freelance tidak punya jaminan kalau bulan depan akan mendapat penghasilan dalam jumlah yang sama dengan bulan sebelumnya. Kalau jumlahnya lebih besar memang menyenangkan. Tapi bagaimana kalau jauh lebih kecil, atau malah tidak ada pemasukan sama sekali?

Karena fluktuasi penghasilan yang tidak bisa diprediksi, pada akhirnya penulis mengembangkan pandangan soal uang yang bagi sebagian orang mungkin dinilai cukup ekstrem.

Penulis berprinsip kalau penghasilan bulan ini tidak boleh habis dalam waktu satu bulan ke depan. Sebisa mungkin, uang yang didapat selama satu bulan harus bisa dikelola untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan lebih. Atas dasar inilah, penulis menilai seorang freelancer wajib punya dana darurat yang cukup besar.

Cara pandang orang tentang uang pada dasarnya sangat bervariasi. Setiap freelancer juga punya prinsip dan caranya sendiri dalam mengelola keuangan. 

Jenis pekerjaan, standar penghasilan, kondisi keuangan saat ini, hingga tujuan keuangan untuk masa depan, semuanya punya peran. Namun untuk mewujudkan hidup seperti yang diinginkan, pendidikan finansial akan selalu dibutuhkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun