Fungsi dana darurat ini pada dasarnya sebagai penyangga ketika menghadapi masa-masa krisis atau situasi-situasi mendesak seperti sakit, kecelakaan, atau saat proyek yang diandalkan mendadak berakhir.Â
Umumnya, disarankan untuk memiliki dana darurat setidaknya 3-6 bulan biaya hidup. Namun untuk seorang freelancer, besarnya dana darurat harus lebih dari itu.
Penulis sendiri pernah mengalami masa-masa sulit di mana selama 6 bulan lebih penghasilan merosot tajam. Setiap bulan memang masih ada project. Tapi total penghasilan yang diperoleh tidak sampai setengah UMK Jogja yang notabene memang terkenal rendah.
Untungnya, penulis punya dana darurat yang cukup besar dan tidak punya cicilan utang sama sekali. Jadi meski penghasilan merosot tajam, setidaknya penulis dan keluarga masih bisa bertahan tanpa harus berutang.
Menurut pengalaman pribadi penulis, besarnya dana darurat yang perlu dipersiapkan seorang pekerja freelance ini mirip seperti pelaku usaha. Setidaknya, besarannya antara 6-12 bulan biaya hidup tergantung tanggungan.Â
Semakin besar dana darurat yang dimiliki, ruang untuk bernafas dan mencari sumber penghasilan baru juga akan semakin lega.
Boleh Utang tapi Jangan Gampangan
Kalau bicara soal utang, penulis sendiri sebenarnya memosisikan diri di posisi moderat. Utang boleh tapi harus cermat. Bukan sekedar memprioritaskan utang produktif dan sebisa mungkin menghindari utang konsumtif. Potensi dan risiko utang yang diambil juga harus diperhitungkan.
Selama perjalanan menjadi seorang freelancer, penulis belajar bahwa utang bisa menjadi pisau bermata dua. Dalam hal ini semua profesi memang sama. Bedanya, di mata freelancer mata pedangnya bisa jauh lebih tajam.
Utang produktif di tangan pekerja freelance berpotensi meningkatkan penghasilan secara signifikan. Misalnya saja utang untuk membeli peralatan kerja yang lebih bagus atau utang untuk mengikuti pelatihan.
Dengan alat yang lebih lengkap dan lebih canggih, seorang freelancer bisa meningkatkan efisiensi kerja. Berbekal skill baru atau skill tingkat lanjut yang didapat dari pelatihan, peluang menawarkan servis baru atau meningkatkan tarif layanan akan terbuka lebih lebar.
Kalau soal utang konsumtif, sebisa mungkin penulis sangat menghindari, apalagi berutang hanya demi memuaskan gengsi. Penghasilan pekerja freelance itu tidak pasti. Jadi, rasanya sangat disayangkan kalau menambah beban finansial hanya untuk sesuatu yang tidak ada urgensinya sama sekali.