Kim Jong Un dan ciri kepemimpinanya
Diktator Korea Utara ini, memiliki hobi untuk mengembangkan rudal balistik berhulu ledak nuklir, anggaran yang seharusnya bisa di salurkan untuk kepentingan rakyat seperti untuk memajukan ekonomi, pendidikan, pembangunan dan infrastruktur, digunakan untuk pengembangan militer yang tak pernah berkesudahan. Dibawah kepemimpinannya, sebagai penerus ayahnya Kim Jong Il ia merupakan generasi ketiga dari generasi Kim yang memerintah negara tersebut sejak 1948, dikenal dengan otoriter dan hanya berfokus pada program pengembangan nuklir yang terus menjadi perhatian internasional, karena dampak progress dari perkembanganya adalah “perang”.
Korea Utara mengalami isolasi internasional, dibawah kepemimpinannya ekonominya tertekan akibat sanksi internasional, itu salah satu factor yang mengakibatkan economic decreased di Korea Utara. Meski dewan keamanan PBB memperingatkan tentang situasi yang mengkhawatirkan tentang peng-isolasian diri Korea Utara dari dunia luar, nampaknya belum ada respon positif untuk negara tersebut mulai “membuka diri” untuk membenahi kestabilan dengan dunia internasional.
DPRK, Democratic Peoples Republic of Korea nampaknya menjadi ironi karena demokrasi tidak terjadi disini, Komisaris tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, menyampaikan bahwa Korea Utara merupakan lingkungan yang menyesakkan, dimana kehidupan adalah perjuangan sehari-hari tanpa harapan. Selain ekonomi yang buruk, Turk mengutip beberapa masalah krusial yang memperburuk kondisi di Korea Utara, penindasan kebebasan bergerak dan berekspresi, kondisi social-ekonomi yang buruk, serta praktik kerja paksa yang meresahkan. Alih alih bekerja untuk mendapatkan kemakmuran, rakyat justru bekerja tanpa memiliki hak sebagai pekerja dan makin menderita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H