“Lay, kita turun disini. Kita kelewatan ini. Pir kiri pir !” teriak preman berkaca mata hitam dengan logat Batak
“Ah, ganggu aja lu nyet ! Bentar lah” cetus preman gondrong
“Yeh, cepetan lay. Ntar si Boss marah” ujar preman sambil menarik pundak temannya itu.
“Iya-iya ! Bawel banget sih lu !” omel preman gondrong sambil menoleh ke belakang dan melepaskan cengkraman temannya
Setelah melepaskan cengkaraman itu, preman gondrong kembali melihat ke arah Rani.
“Dadah sayang, Abang turun dulu ya. Muachhh… Hihihihi” canda preman gondrong sambil memonyong-monyongkan bibirnya
Tentu saja Rani tidak mempedulikan preman gondrong tersebut dengan tetap memandang ke arah jendela. Perasaan jijik namun bercampur lega menyelimuti dirinya karena pada akhirnya kedua pengganggu itu telah turun. Bagas pun ikutan lega karena tidak terjadi apa-apa terhadap Rani dan penumpang lainnya, namun ketika bus kembali berjalan Bagas tiba-tiba berinisiatif untuk membalaskan dendamnya kepada kedua preman itu
“Stop-stop Bang !” teriak Bagas ke arah supir
Bus kembali menepi, suasana seperti adegan slow motion dirasakan Bagas ketika ia menuruni tangga bus sambil melihat kearah Rani dari belakang
“Rani, kamu pulang hati-hati ya. Abangmu ini akan menghajar preman-preman itu yang tadi gangguin kamu.” kata Bagas dalam hati
Bagas setengah berlari mengikuti kedua preman itu. Dendam amarah Bagas begitu kuat hingga rasa takut dan trauma tak ia rasakan sama sekali.