Mohon tunggu...
Angel Siahaya
Angel Siahaya Mohon Tunggu... Lainnya - life is goes on.

Mahasiswa Teknik PWK Unpatti 2019 | find me on instagram : angelsiahaya_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pasang Surut Rumah Belajar

16 Februari 2022   00:00 Diperbarui: 16 Februari 2022   00:03 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SINOPSIS CERPEN

Angie merupakan seorang mahasiswi semester lima yang mempunyai semangat tinggi dalam mencapai keberhasilannya. Tinggal dan bertumbuh bersama Nenek,Ibu, dan kedua adiknya membuat Angie belajar tentang kesederhanaan. 

Dengan ketekunan Angie dalam segala hal, membuat Angie menjadi mahasiswa yang rajin, aktif di kelas, aktif mengikuti lomba, aktif berorganisasi, dan mempunyai relasi yang baik dengan siapa saja yang ditemuinya. Karena memiliki sifat yang rendah hati, cepat beradaptasi, cakap berbicara, membuat Angie disenangi banyak orang.

Pada suatu waktu, Angie yang disibukan dengan berbagai aktivitas kuliah dan organisasi sering merasa jenuh seperti hilang harapan. Banyak tantangan yang ditemukan Angie ditengah pandemic Covid-19. 

Semakin hari, Angie semakin pandai menyimpan lukanya sendiri. Luka yang tanpa disadari ditimbulkan oleh Ibunya sendiri. Bertumbuh dari anak bayi sampai menjadi Wanita yang dewasa, tidak membuat seluruh lukanya sembuh, dan tidak membuat seluruh ingatannya hilang.

Perubahan Angie, membuat kedua sahabatnya sadar dan segera bertanya tentang penyebab perubahan tersebut. Komunikasi yang timbul antara Angie dan sahabatnya membuat Angie mulai tersadar namun setelah dirinya sendiri, Angie kembali bersedih. 

Akhirnya, Angie mencoba memberi ruang untuk dirinya bersedih dan mencari kembali harapan untuk bangkit, ditemukanlah harapan itu pada Neneknya. Hal tersebut membuat Angie tersadar bahwa rumah belajar yang sesungguhnya adalah dirinya sendiri.

........................................................................................................................

PASANG SURUT RUMAH BELAJAR

Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Angie dibangunkan oleh bunyi alarm yang diaturnya pukul 05.00 pagi. Angie yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah sederhana mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas. 

Tinggal bersama Nenek, Ibu, dan Kedua adik sejak kecil membuat Angie bertumbuh menjadi perempuan tangguh dan mempunyai tekad yang tinggi untuk membahagiakan keluarganya.

Hari baru, semester baru, membawa Angie menjadi Mahasiswa Teknik semester lima di salah satu Perguruan Tinggi ternama. Waktu berjalan begitu cepat. 

Banyak dinamika yang ditemukan Angie semenjak dia menjadi Mahasiswa di pertengahan tahun 2019. Bagaimana tidak? Dua semester awal dilaluinya secara offline, dan dua semester berikutnya dilalui secara online. Pandemi Covid-19 membuat semuanya harus dilakukan secara online. 

Namun demikian, tidak menjadi penghambat untuk Angie terus berkarya. Tetap aktif mengikuti dan menjuari lomba-lomba, tetap aktif dikelas, aktif mengikuti webinar-webinar yang diadakan, aktif berorganisasi, mengeksplor kemampuan diri, dan nilai akhir tiap semester pun tetap bagus.

Saat  hendak membuat segelas teh panas, Angie mendapati Neneknya sedang masak untuk sarapan pagi di Dapur.

"Selamat Pagi Nek" ujar Angie sambal mencium kepala Neneknya.

"Selamat pagi sayang. Bangun lebih awal hari ini, karena kuliah udah mulai yah nak?" Sahut Nenek Angie.

"Iya nek. Udah mulai semester ganjil nih, doain yah buk biar semuanya lancar di semester 5 ini yang kalau kata orang banyak rintangannya nek." Kata Angie sambil mengambil gelas untuk minum.

Saat menuju tempat air, pandangan Angie tak sengaja mengarah ke kalender yang tergantung di dinding.


"Huft udah dipertengahan tahun aja nih. Ngga kerasa udah dua semester dilewatin dengan belajar secara daring. Seandainya tidak ada Pandemi Covid-19, pasti semuanya lebih asik. Eh tapi ngga juga sih, sama aja. Banyak tantangannya. Yaudah deh, apa boleh buat? Semoga semuanya cepat membaik seperti semula. Semangat Angie!!" ucap Angie dalam hati.

Angie terus beranjak untuk menjalani harinya. Seperti biasa, kontrak kuliah selalu mengawali tiap pertemuan awal di semester baru. Dengan enam mata kuliah, yang satu diantaranya merupakan mata kuliah lanjutan dari semester sebelumnya. 

Mata kuliah tersebut memiliki tugas besar yang diberikan sejak awal pertemuan yang prosesnya akan terus berlanjut dan dikontrol hingga akhir semester.

Kata Angie sambil melihat jadwal kuliahnya disemester ini "Memang benar kata orang, semester lima emang berat. Dari para dosen mata kuliah disemester ini aja udah pada killer-killer. Belum lagi tugasnya." 

Semester lima merupakan semester dimana Angie sedang aktif diorganisasi yang diikutinya. Sehingga membuat waktu belajar Angie menjadi berubah dari pukul 20.00 malam ke pukul 23.00 malam. Sebab waktu pagi sampai malam yang tak menentu digunakannya untuk belajar sembari mengikuti kegiatan organisasi.

Semuanya berjalan baik. Angie terus menjalani hari yang produktif dengan semangat yang tinggi. Angie sadar, masa muda cuman sekali. Hal itu yang membuatnya selalu berani mencoba hal-hal yang baru. 

Saat melakukan adaptasi dengan dunia kampus, Angie melihat ada tujuan yang sama pada kedua teman yang dikenalnya saat pembagian kelas yakni Audrey dan Haris. Mereka bertiga sering mengikuti lomba-lomba, baik yang dilaksanakan di tingkat kampus hingga nasional secara perorangan. 

Lomba Mahasiswa Berprestasi tingkat Fakultas merupakan sebuah lomba yang mereka bertiga ikuti secara perorangan. Setelah membangun diskusi, mereka sepakat untuk menjadi sebuah tim.  AHA Tim yang merupakan inisial dari nama mereka digabungkan dan dibuat menjadi nama tim.

 Setelah itu, mereka sering mengikuti lomba secara bersama-sama dan menjuari beberapa lomba yang mereka ikuti seperi Lomba Debat, Lomba Bedah Koleksi Museum, Lomba Penulisan Karya Ilmiah, dan kegiatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). 

Tidak hanya menjadi teman seperjuangan dalam mengikuti lomba, tetapi juga menjadi teman satu organisasi, dan pastinya teman berbagi keluh-kesah.

*****

Suatu hari,  Angie sendiri sudah mulai berada dititik jenuh dan mulai bingung membagi waktu. Pasalnya saat di kelas, Angie merasa tertinggal karena jarang bertanya dan aktif. Teman-temannya pun merasakan perubahan tersebut. Bunyi telepon yang bergetar ditangan Angie, menyadarkannya dari lamunan.

''Angie, kamu baik-baik saja?'' tanya Audrey diseberang telepon.

''Aku? Aku baik. Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu Drey?'' jawab Angie.

''Tidak. Aku melihat kamu seperti tidak biasanya di kelas perkuliahan. Kamu seperti masa bodoh Angie. Sudah terlalu menikmati dunia organisasi kah Angie penyebabnya?'' tanya Audrey.

''Huft. Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi rasanya sekarang aku hilang kendali atas semangatku. Sepertinya aku terlalu nyaman mengikuti berbagai kegiatan organisasi sehingga saat membahas apapun tentang perkuliahan, aku seperti tidak bersemangat.'' jawab Angie.

''Kamu perlu rehat sejenak En. Kalau tidak, semuanya akan menjadi berantakan.  Kamu masih ingat harapan orang tuamu kan? Ingat juga kan perkataanmu yang pernah kamu bilang buat aku sama Haris?'' tanggap Audrey.

Perkataan Audrey membuat Angie terdiam sejenak. Memikirkan harapan orang tuanya, terlebih khusus perkataan Neneknya pada saat Angie menunjukan sebuah foto.

''Nak, kamu seperti ini saja sudah cukup bagi Nenek. Semoga nenek diberikan umur panjang sampai waktu itu tiba yah nak?'' ucap Nenek saat menatap foto kaka tingkat Angie memakai selendang wisuda yang bertuliskan "CUMLAUDE''.

''Amin yah nek. Terima kasih sudah menemani Angie selalu.'' ucap Angie sambil memeluk Neneknya.

Tersadar seseorang seperti meneriaki namanya, membuat Angie sadar masih ada Audrey yang menunggu di panggilan.

''Eh, maaf Drey. Aku jadi melamun, memikirkan perkataanmu. Terima kasih yah Drey sudah memberi semangat.'' jawab Angie.

''Sama-sama. Dengan senang hati Angie. Semangat yah, sampai jumpa.'' ucap Audrey mengakhiri percakapan mereka ditelepon.

Namun demikian, Angie tetaplah Angie dengan lamunanya yang tidak bisa dikendalikan. Terlalu memikirkan hal berlebihan, seakan dirinya yang salah membuat dia terus terpuruk. 20 tahun kehadiran Angie dalam kehidupan Ibunya, seakan tidak dapat membuat Ibunya berubah menjadi lebih baik. 

Memiliki sifat yang terkadang acuh akan semua urusan dirumah bahkan terhadap Angie dan kedua adiknya, menjadi alasan Angie tidak pandai mengobrol bersama Ibunya. 

Sebab, melihatnya saja pun tak sanggup. Angie menyimpan luka begitu dalam dan rapih sehingga diluar, dia bisa selalu tersenyum dan tertawa. 

Nyatanya, Angie merupakan seorang peremuan yang rapuh. Rapuh jika melihat Neneknya yang capek sendirian mengurusi semuanya. Rapuh melihat Ibunya bisa bersikap baik terhadap orang lain, tapi tidak dengan anak-anaknya. Rapuh melihat hubungan teman-temannya bersama Ibu mereka yang harmonis. Angie sadar, bahwa hidup akan terus berjalan. Semua akan indah pada waktu Tuhan.

*****

Menikmati senja dibelakang rumah, membuat Angie sadar bahwa yang indah tidak selalu bertahan selamanya. Angie percaya dengan kebalikannya yaitu keburukan tidak selalu bertahan selamanya. Dia seakan mendapat harapan bahwa Ibunya pasti akan berubah. Ya, waktu itu akan selalu ditunggunya.

Merasa sudah cukup bersama senja, Angie memilih menyendiri dikamar untuk sementara waktu. Menatap langit-langit kamarnya. Dia membaca tulisan yang pernah ditulisnya dengan penuh harapan pada sebuah kertas dan diletakan dilangit-langit kamar. "Harus menyelesaikan kuliah dengan gelar CUMLAUDE", ''Before 24, harus punya pekerjaan.", dan tulisan terakhir yang dilihatnya adalah "How's your day Angie?''. 

Ya, Angie sengaja menuliskan pertanyaan itu sebab dia tahu bahwa tidak ada orang yang selalu berada disampingnya dan mengerti yang dia rasakan. 

Menjawab pertanyaan tersebut didalam hati, kata Angie ''Hancur. Berantakan. Hilang harapan.''. Namun tak lama, pandangan Angie berpindah ke sepotong kertas yang bertuliskan "Harus menyelesaikan kuliah dengan gelar CUMLAUDE". Dia teringat saat kumpul keluarga, semua orang membahas dirinya.

''Belajar baik-baik. Pertahankan prestasimu dan raih gelar CUMLAUDE karena dengan begitu kamu seperti sedang menyiapkan tempat yang terhormat dan paling depan untuk Nenek dan Ibumu nanti saat kamu wisuda.'' kata Pamannya Angie.

Kalimat tersebut selalu terngiang dikepalanya, sampai Angie bangun dan duduk. Memandang wajahnya di cermin. Rapuh tapi penuh harapan banyak orang. Perempuan muda tapi memikul tanggung jawab yang besar.

''Kamu harus bangkit En. Tidak boleh terus seperti ini. Sudah cukupkan memberi ruang untukmu bersedih? Yuk bangkit! Keluarlah dan lihatlah wajah-wajah orang yang menantikanmu sukses.'' kata Angie mencoba memberikan semangat pada dirinya  sendiri untuk bangkit kembali.

Langkah kaki Angie pun membawanya sampai di ruang tamu, saat itu Nenek sedang menemani kedua adiknya bermain.

''Makan nak?'' kata Nenek.

Dengan tersenyum, Angie menggelengkan kepalanya menandakan dia belum mau makan. Tak tahan menahan air matanya, Angie segera masuk kembali ke kamarnya.

''Aku menemukannya. Aku bangkit kembali. Aku tersadar rumah belajar yang sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Apapun itu, hanya diri kita sendiri saja yang dapat mengendalikan segala yang terjadi. Belajar untuk menenangkan diri, belajar untuk tetap tersenyum, belajar memberi ruang terhadap diri sendiri untuk bersedih, belajar mengatur waktu, belajar menerima kenyataan, belajar menemukan harapan kembali, belajar dan terus belajar banyak hal. Saat rumah belajar diterpa hujan dan angin ribut, saat itulah penghuninya harus tahu bagaimana cara berlindung dan menghangatkan diri kembali agar semuanya dapat lebih baik. Apapun yang terjadi, rumah belajar akan terus berbenah.'' kata Angie dalam hatinya.

Angie kembali keluar menemui Nenek dan adiknya. Lalu mulai bercerita dan bermain melepas semua lelahnya. Mulai saat itu, Angie kembali tersenyum dan menjalani harinya dengan penuh harapan bahwa semua akan indah pada waktu-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun