Mohon tunggu...
Angelina Yudithiara
Angelina Yudithiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - An Undergraduate Student

Hello! I am Angelina and I am an undergraduate student at Surabaya. Writing is one of my hobbies and I like to write about life, thoughts, and anything I can write in my 20s. My writing is not completely perfect, therefore, please give criticism and suggestions so that all of this writing can be better.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tambang Pasir dan Ketakutan Masyarakat Pesisir

22 Oktober 2024   11:26 Diperbarui: 22 Oktober 2024   11:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghentian larangan ekspor pasir laut, yang telah berlangsung selama dua dekade, memunculkan kekhawatiran besar di kalangan nelayan pesisir, terutama terkait dengan masa depan mata pencaharian mereka. 

Kebijakan ini, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 21/2024, secara substansial mengubah ketentuan ekspor yang sebelumnya membatasi penambangan pasir laut. 

Bagi para nelayan, perubahan kebijakan ini dipandang sebagai ancaman langsung terhadap keberlanjutan lingkungan pesisir yang selama ini menjadi sandaran utama hidup mereka. Sebelumnya, penambangan pasir laut dihentikan karena dampak ekologisnya yang luar biasa merusak. 

Aktivitas tersebut telah menyebabkan kerusakan pada ekosistem pesisir, termasuk erosi pantai yang parah, rusaknya terumbu karang, dan hilangnya habitat penting bagi berbagai biota laut. Meskipun larangan tersebut diharapkan memberikan kesempatan bagi pemulihan ekosistem, dua dekade ternyata belum cukup untuk sepenuhnya memulihkan kerusakan yang terjadi.

Akibat dari pembukaan kembali aktivitas penambangan pasir laut, nelayan kini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar. Mereka harus melaut lebih jauh dari garis pantai untuk mencari ikan, karena habitat ikan di sekitar pesisir telah rusak atau terganggu oleh aktivitas pengerukan pasir. 

Jarak yang lebih jauh tidak hanya meningkatkan risiko dan waktu yang dihabiskan di laut, tetapi juga menambah beban biaya operasional, seperti bahan bakar dan perawatan kapal. Pada saat yang sama, hasil tangkapan mereka juga menjadi lebih tidak pasti, karena ekosistem laut yang terganggu mengurangi populasi ikan di wilayah yang sebelumnya kaya akan sumber daya laut.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan bagi Masyarakat Pesisir

Dampak ekonomi akibat penambangan pasir laut sangat dirasakan oleh masyarakat pesisir. Terutama karena aktivitas ini mempercepat abrasi dan memperburuk kerusakan ekosistem laut. Erosi yang ditimbulkan oleh tambang pasir laut memiliki jangkauan lebih luas dibandingkan tambang di darat, menyebabkan degradasi yang parah di kawasan pesisir. 

Abrasi yang terus meningkat tidak hanya mempersempit daratan, tetapi juga berdampak pada infrastruktur yang dibangun di daerah pesisir, seperti perumahan dan fasilitas publik.

Dampak lingkungan dari penambangan ini juga sangat merugikan kehidupan biota laut. Ikan, yang menjadi sumber utama pendapatan bagi nelayan, mengalami penurunan populasi karena habitatnya rusak. Terumbu karang yang merupakan ekosistem penting bagi kehidupan ikan dan biota laut lainnya turut mengalami kerusakan parah akibat aktivitas tambang. 

Jika kerusakan ini terus berlanjut, bukan hanya nelayan yang akan terdampak, tetapi juga ekosistem pesisir yang selama ini menjadi penopang keberlanjutan masyarakat di kawasan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun