Diabetes melitus, Bila kadar glukosa darah naik terutama bila berlangsung dlam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah terseut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan syaraf atau neurolopathy.Â
Kerusakan syaraf itu mencegah pengiriman rasa panas, sakit, dan dingin, sehingga penderita tidak akan merasa sakit akibat jantung yang kekurang oksigen (ischaemia). Kenaikan gula darah juga bisa menyebabkan kerusakan artherioles. Arteri kecil (artherioles) akan dipenuhi oleh plak yang terdiri dari kolesterol. Kerusakan tersebut dapat terjadi di beberapa bagian tubuh sehingga bagian tersebut tidak dapat menerima oksigen secara penuh. Kekurangan okksigen dapat menyebabkan kerusakan organ terutama jantung.
Kolesterol, kadar kolesterol yang meningkat sampai di atas angka normal disebabkan oleh konsumsi makanan dengan lemak berlebih secara berkala. Kelebihan itu bereaksi dengan zat lain yang mengendap dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyempitan atau pengerasan yang biasa kita kenal dengan nama atherosclerosis. Penyempitan ini akan menyebabkan suplai darah ke jantug tidak mencukupi jumlahnya, maka hal ini akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri di dada yang dapat menjurus ke serangan jantung.
Tekanan darah atau hipertensi, Tiap kontraksi jantung menghasilkan gelombang tekanan pembuluh darah. Tekanan yang dihasilkan pada puncak kontraksi disebut tekanan sistolik. Ketika jantung mengendor, tekanan pada pembuluh darah jatuh ke tingkat yang lebih rendah dan disebut sebagai tekanan diastolik. Tekanan darah manusia yang normal yaitu sekitar 120/80. Hipertensi dapat timbul apabila seseorang mengalami stress, kegemukan, atau terlalu banyak memakan garam.Â
Hipertensi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus akan menambah beban pada pembuluh arteri secara perlahan-lahan. Arteri akan mengalami proses pengerasan, karena itu tingkat elastisitasnya berkurang karena aarteri menjadi tebal dan kaku. Hipertensi secara tidak langsung juga mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner, sehingga akan menyebabkan penyempitan (atherosclerosis). Hal ini meningkatkan resistensi pada aliran darah yang pada gilirannya menambah naiknya tekanan darah.
Walaupun menurut penelitian orang kurus lebih mudah terkena serangan jantung tetapi tetap saja orang yang mengalami kegemukanlah yang paling berisiko terkena serangan jantung yang parah. Hanya orang-orang kurus dengan beberapa gaya hidup yang urang baik seperti yang saya tulis di atas yang berisiko terkena serangan jantung dan beberapa orang yang dalam silsilah keluarganya ada yang terkena serangan jantung.Â
Mengapa saya berkata begitu? Karena kegemukan berbeda dengan faktor resiko yang lain, karena bila dibandingkan dengan kolesterol atau merokok secara langsung kegemukan mendorong timbulnya faktor resiko yang lain seperti diabetus melitus dan hipertensi, juga kegemukan dapat memperparah serangan jantung yang telah diderita seseorang. Kelebihan berat badan ini secara tidak langsung akan memaksa jantung untuk bekerja leih keras. Adapun orang yang gemuk biasanya cenderung jarang melakukan aktivitas. Artinya tenaga yang dikeluarkan berkurang sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan dan bertumpuk dalam tubuh sebagai lemak.
Stress, stress dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi sehingga dapat mempercepat kekejangan arteri koroner sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu. Biasanya orang yang tinggal di kota lebih mudah terkena serangan jantung. Pertama, adanya perasaan mengenai pentingnya waktu, seperti jadwal, janji-janji, dan batas waktu. Kedua, tingkat persaingan yang tinggi di mana kemenangan merupakan hal yang utama. Ketiga, sifat mudah marah dan menunjukkan sikap yang agresif dan bermusuhan secara terbuka.
Berdasarkan gender memang sudah ditakdirkan bahwa laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi ketimbang perempuan untuk mengidap penyakit jantung terutama pada rentang usia remaja hingga 50 tahun. Pada rentang usia tersebut laki-laki memiliki kemungkinan 2-3 kali lipat untuk mengidap penyakit jantung karena wanita menghasilkan hormon esterogen, jadi walaupun seorang perempuan memiliki angka kolesterol yang relatif tinggi tetapi ia memiliki tingkat proteksi yang tinggi yang dibentuk oleh hormon esterogen yang dihasilkannya.Â
Namun bila sudah menginjak usia 50 tahun ke atas perempuan dan laki-laki dapat dikatakan memiliki resiko yang sama dengan laki-laki untuk mengidap penyakit jantung. Â Baik itu wanita dengan berat badan normal atau cenderung kurus atau wanita dengan berat badan berlebih. Mengapa begitu? Karena ketika perempuan sudah menginjak usia 50 tahun ke atas mereka akan kehilangan proteksi diri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan wanita kehilangan proteksi dirinya. Diantaranya adalah usia, menopause, terapi penggantian hormon esterogen, penggunaan pil anti hamil, Lipida darah, dan bentuk tubuh.
Yang paling mempengaruhi perempuan untuk mengidap penyakit jantung dari antara semua faktor tersebut adalah menopause. Ketika menopause, kadar hormon esterogen yang dihasilkan wanita menurun, padahal hormon esterogen ini dipercaya dapat mencegah terbentuknya plak pada arteri dengan cara meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL.