Mohon tunggu...
Angelia Yulita
Angelia Yulita Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru

Penikmat matematika, buku, dan kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Seorang Kristiani Kuliah di Universitas Al Azhar Indonesia

3 Juni 2020   13:57 Diperbarui: 3 Juni 2020   14:10 3885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lilin (sumber: dokumentasi pribadi)

"Kamu kuliah di mana?"
"Di Universitas Al Azhar Indonesia"
Orang itu menimbang sejenak. Ia memperhatikan wajahku, lalu bertanya lagi, "kamu muslim?"

***

Hari Senin, pukul 07:50 WIB, hari pertama kuliah! Bisa dibilang aku hanya tidur ayam di malam sebelumnya entah karena terlalu antusias atau takut. Mungkin campuran keduanya. Sulit dipercaya hari itu tiba juga mengingat baru beberapa bulan sebelumnya aku didiagnosis oleh ibuku kalau aku tidak bisa kuliah. 

Kami punya hutang dengan lintah darat yang mengharuskan aku ikhlas bahwa semua uang yang ada dipakai untuk mempertahankan rumah kami yang dijadikan jaminan. Saat itu aku marah, benci sekali pada ibuku yang membiarkan keadaan itu terjadi padaku.

Butuh beberapa bulan untuk benar-benar ikhlas ikut tersenyum mendengar teman-temanku mengobrol tentang kuliah mereka di universitas swasta ternama. Sementara aku berakhir bekerja menjadi kasir di sebuah petshop, lalu menjadi donut girl di J.CO. Saat itu aku merasa tidak memiliki keahlian apapun. 

Boro-boro deh mikirin cita-cita. Sejak kecil yang kudengar dari kedua orang tuaku hanyalah aku pintar menggambar. Sementara pelajaran sekolah lainnya mah bodoh benar. Ku pikir baiklah aku cari informasi tentang beasiswa di Institut Kesenian Jakarta. Alih-alih mendapat informasi yang ditargetkan, berselancar di google saat itu malah membawa ku ke laman Universitas Al Azhar Indonesia: beasiswa penuh dan parsial untuk studi S1.

Tentu saja, aku skeptis melihatnya. Sangat menarik melihat kesempatan yang terpampang di depan mata. Tapi, Al Azhar! Seharian itu aku bolak-balik membuka halaman website itu dan mempertimbangkan. 

Akhirnya saat selesai mengepel rumah di tengah hari, aku menelepon ke universitas tersebut. Aku tanyakan apa yang menjadi beban pikiranku berhari-hari: bolehkah mendaftar kalau aku bukan muslim? Tentu boleh. Apakah masih bisa mendaftar kalau aku sudah setahun lulus SMA? Masih bisa.

Suara seorang kakak dari gagang telepon sana terdengar sangat merdu memberikan jawaban yang melegakan hati. Baiklah aku kumpulkan segala berkas yang diminta lalu mendaftar ke jurusan bioteknologi. 

Aku mengikuti serangkaian tes beberapa hari setelah mendaftar. Berminggu-minggu lewat dan pengumuman pertama datang mengabari kalau aku lolos ke tahap berikutnya: tes wawancara. Aku kegirangan sekali dan memilih kemeja terbaik yang aku punya untuk pergi ke wawancara itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun