Mohon tunggu...
Angelia Yulita
Angelia Yulita Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru

Penikmat matematika, buku, dan kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Berkesan Menjadi Guru Relawan Anak-anak TKI di Johor Bahru

30 Mei 2020   13:07 Diperbarui: 31 Mei 2020   03:47 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara kemerdekaan di konsulat jenderal Indonesia di Johor Bahru (sumber: dokumentasi pribadi)

Upacara kemerdekaan di konsulat jenderal Indonesia di Johor Bahru (sumber: dokumentasi pribadi)
Upacara kemerdekaan di konsulat jenderal Indonesia di Johor Bahru (sumber: dokumentasi pribadi)

Sebenarnya di hari-hari lain pun anak-anak itu sangat terbatas untuk pergi ke mana-mana. Di hari sekolah, biasanya akan ada mobil dari Konsulat Indonesia yang akan menjemput mereka. Kemudian setelah jam sekolah selesai, mereka akan diantar kembali dengan mobil itu.

Aku sungguh kagum melihat bagaimana komitmen para pejabat di sana untuk memastikan keamanan anak-anak itu. Padahal rasaku, mereka bisa saja tidak mau ambil pusing.

Tetapi nyatanya, di dalam konsulat disediakan kelas-kelas untuk menampung anak-anak dari kelas 1 SD sampai kelas 9. Ada pula lapangan, perpustakaan dan ruang komputer. Anak-anak itu bersekolah gratis dan diberikan seragam juga. Benar-benar layaknya sekolah!

Namun oleh karena suatu hal yang tidak bisa aku tuliskan di sini, tempat itu tidak dinamakan sekolah, melainkan Indonesian Community Centre (ICC) Johor Bahru.

Tetapi tentu saja bagi orang dalam dan kami yang relawan di sana, tempat itu kami sebut SIJB (Sekolah Indonesia Johor Bahru).

Di SIJB ini memang kelas-kelasnya tidak banyak sehingga harus dipakai bergantian. Ada anak-anak yang mendapat kelas pagi, ada juga yang siang.

Ukuran kelasnya pun tidak besar namun nyaman dan ber-AC. Cukup layak sebagai tempat belajar meskipun jangan dibandingkan dengan dinding kokoh sekolah besar di Jakarta. Para gurunya pun tidak banyak.

Tapi jangan lihat jumlahnya, lihat kualitas dan komitmen mereka! Mereka adalah guru-guru dengan latar belakang luar biasa. Mereka bisa bekerja dengan karier dan penghasilan yang jauh lebih cemerlang.

Tetapi mereka memilih mengabdi untuk mengajar anak-anak TKI itu. Tanpa mereka, tanpa konsulat yang menyediakan wadah dan perlindungan, entah bagaimana nasib kawan-kawan kecil kita di sana.

Di hari Minggu malam, kami relawan merapat lagi untuk diskusi terakhir sebelum pelaksanan kegiatan mengajar. Aku sudah membeli bahan-bahan untuk percobaan sains di kelas, termasuk beberapa topik untuk mengenalkan ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang mumpuni pada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun