Ada beberapa yang nongkrong di pinggir lapangan menunggu upacara selesai untuk bermain bola sampai siang. Semua mata memandang kami dan ribut berbisik-bisik, juga menunjuk-nunjuk. Rasanya seperti selebriti.
Aku bertanggung jawab untuk mengisi kelas 8 dan sesekali membantu teman-teman relawan lain di kelas kecil. Kami sudah mempersiapkan berbagai bingkisan dan hadiah untuk anak-anak.
Seharian itu terdengar suara bising yang menyenangkan. Anak-anak tertarik mendengar cerita kami dan kami pun mengajak mereka merenungkan ingin menjadi apa mereka nanti. Berharap ada keberanian yang bisa kami pupuk dalam hati mereka untuk menatap lurus ke depan dan melangkah maju.
Di secarik kertas, anak-anak menuliskan dengan jujur dan mentah apa yang mereka rasakan tentang diri mereka sendiri. Malamnya, kami para relawan membaca dan menangis. Andaikan saja kami bisa merubah itu semua. Namun pertemuan kami begitu singkat dengan mereka. Selain dari kesan dan inspirasi, apa lagi yang bisa kami tinggalkan?
Hari-hari berikutnya kami lewatkan masih dengan antusiasme yang tinggi dari anak-anak. Para siswa kelas 8 pun tidak ketinggalan curhat colong-colongan mengenai asmara masa remaja mereka.
Para siswi terlihat culas dan tidak mau berdekatan, sementara para siswa tidak berhenti menggoda dan mengganggu. Benar-benar seperti layaknya kelas normal bagiku.
Selain dari kelas inspirasi, budaya dan bahasa Indonesia, kami adakan juga penyuluhan kesehatan bagi mereka. Anak-anak melolot memperhatikan para teman dokter yang kelihatan keren sekali bagi mereka.
Di hari terakhir, kami pun mengumpulkan kembali anak-anak di lapangan untuk mengucapkan perpisahan. Beberapa anak menangis karena merasa sudah menemukan sahabat baru. Beberapa anak memberikan bingkisan sederhana. Aku termasuk yang beruntung memperoleh karya seni dari salah satu anak itu.
Ada pula anak-anak yang merasa sangat terhormat dipinjami kamera digital oleh seorang kawan relawan. Lalu anak itu dan beberapa temannya dengan serius mengambil berbagai foto dari kegiatan perpisahan itu.
Beberapa kali anak itu dan temannya bertengkar karena sudah waktunya bergantian mengambil foto. Setelah beberapa rangkulan, lambaian tangan dan proses minta-meminta nama akun instagram, hari itu pun akhirnya selesai. Para guru turut mengantar kami dan kami bersalaman.