Mohon tunggu...
Angela Paris
Angela Paris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Hobi: Tenis, Renang, Dance (sport), Menyanyi Kepribadian: ESFJ (hasil tes MBTI)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati Nurani yang Murni, Kebebasan yang Bertanggung Jawab: Meraih Kebahagiaan Sejati dalam Hidup Rohani

30 Mei 2024   18:06 Diperbarui: 30 Mei 2024   19:10 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah bahwa ketika kita merasa stress, akan memicu hormon kortisol dan hormon-hormon lainnya, yang mengakibatkan seseorang mengalami gejala gelisah, cemas, tidak tenang, gemetar, keringat dingin, telapak tangan basah, jantung berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, sesak nafas, susah konsentrasi, depresi, dan panic attack.  Sebenarnya mudah untuk mengatasi hal tersebut. Selidiki mengenai apa yang menjadi  akar lalu benahi. Justru bukan dengan mengeraskan hati, menolak hati nurani, menolak untuk taat, atau bahkan berusaha untuk menutupi dosa daripada bertobat. Hal inilah yang mencemarkan hati nurani.

Misalnya dapat kita lihat dari kasus pembunuhan, dimana pelaku tidak merasa bersalah setelah melakukan tindakan pembunuhan. Hal tersebut terjadi karena orang tersebut telah mengeraskan hatinya secara konsisten. Apalagi jika seseorang mengalami kepahitan, mereka tidak mau mengampuni. Mereka menolak dan tidak mau taat saat hati nurani bersuara.

Pada titik itu, seseorang harus mulai sadar bahwa dia sudah mulai mencemari hati nurani nya, bahkan hati nurani nya dapat menjadi tuli. Sebaliknya, kalau seseorang mengikuti batin dan hati nurani nya, orang tersebut akan dengan sungguh-sungguh memilih untuk bertobat, taat, melakukan sesuatu dalam kebenaran dan kebaikan, hidupnya akan menjadi lebih tenang, percaya diri, dan merasa lebih bahagia. 

Seperti yang tertulis dalam Matius 11:29, "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan". Maka dari itu, jika Tuhan mengizinkan seseorang untuk memikul beban yang dari Tuhan, seseorang harus belajar taat dan berusaha agar tidak mengeraskan hati.

Orang yang takut akan Tuhan jika diamati akan terlihat dari hidupnya, apakah dia berintegritas atau tidak. Integritas  berbicara soal kebenaran dalam hati nurani, dan tidak ada orang lain yang tahu mengenai apa yang kita buat itu benar atau salah, maupun yang kita katakan jujur atau tidak. Tapi orang yang takut akan Tuhan pasti berintegritas. Integritas adalah melakukan apa yang benar meski tidak dilihat orang. 

Ada 2 hal bagaimana kita belajar hidup dalam integritas. Pertama kita harus menjaga hati nurani kita untuk tetap murni, seperti yang dituliskan dalam:

1) Kisah para rasul 24:16 yang berkata "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." Ayat tersebut berkata bahwa, menjaga hidup kita dengan hati nurani yang murni itu harus diusahakan. Jadi kita harus berusaha, supaya kita senantiasa hidup dengan hati nurani yang murni dan baik dihadapan Allah maupun manusia.

Integritas hanya bisa lahir dari hati nurani yang murni (tidak melakukan apa yang jahat), meski tidak ada yang melihat bahwa apa yang kita lakukan benar. Meskipun tidak terdengar, meski tidak berbuat curang, meski tidak dilihat orang, itu adalah integritas dari hati nurani yang murni. Sama hal nya dengan perasaan yang akan membuat kita merasa tidak nyaman/gelisah ketika melanggar aturan, entah pada saat itu kita berbuat dosa ataupun ketika kita melakukan kesalahan atau berdusta, disini hati nurani kita turut ambil peran. Hal inilah yang mengartikan bahwa hati nurani seseorang masih murni. 1 Timotius 1:19 berkata begini, "Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,". 

Tuhan memberikan hati nurani kepada semua umat manusia, supaya kita bisa membedakan yang benar dan yang salah maupun yang baik dan yang buruk. Tuhan adalah Allah yang adil. Seseorang yang sudah percaya maupun seseorang yang belum atau bahkan tidak percaya sekalipun, tetap bisa membedakan apa yang benar dan yang salah maupun yang baik dan yang benar. Contohnya:

  • Seorang anak yang masih kecil, ketika dia diam-diam ingin mengambil uang orang tua nya, pasti ada perasaan deg-degan. Padahal saat itu tidak ada yang mengajarkan bahwa mencuri itu dosa. Tetapi disisi lain ketika kita semua merasa melakukan sesuatu yang salah, pasti merasa takut kalau kita ketahuan orang lain karena melanggar.

Kesimpulannya adalah ketika seseorang tahu dia salah, pasti ada perasaan takut, karena kita semua punya hati nurani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun