Mohon tunggu...
Angela Paris
Angela Paris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Hobi: Tenis, Renang, Dance (sport), Menyanyi Kepribadian: ESFJ (hasil tes MBTI)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati Nurani yang Murni, Kebebasan yang Bertanggung Jawab: Meraih Kebahagiaan Sejati dalam Hidup Rohani

30 Mei 2024   18:06 Diperbarui: 30 Mei 2024   19:10 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap manusia pasti selalu menginginkan kebebasan dalam hidupnya, entah itu kebebasan berpikir, berekspresi, beragama, maupun dalam melakukan kegiatan yang lain. Kebebasan seseorang akan menyebabkan timbulnya tanggung jawab, dan tanggung jawab tersebut membuat manusia melakukan kebebasan berdasarkan dengan hati nurani. Kebebasan hati nurani sangat penting dan lebih besar dari kebebasan beragama atau berkeyakinan. 

Hubungan antara hati nurani dan kebebasan dapat dilihat dari aspek moral dan etika. Pada aspek moral dan etika, hati nurani memiliki kebebasan untuk memilih tindakan yang benar dan baik, sehingga dapat menjadi bentuk dari kebenaran dan keadilan. Sedangkan kebebasan dalam aspek moral dan etika, adalah memungkinkan seseorang untuk memilih tindakan yang benar dan baik, sehingga dapat menjadi bentuk kebenaran dan keadilan. Dari aspek ini, dapat kita lihat bahwa hubungan antara hati nurani dan kebebasan sangat erat.

Hati nurani dalam Alkitab merupakan bagian dari jiwa manusia yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan pilihan individu. Hati nurani ini dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dikaruniakan Allah kepada manusia untuk melakukan evaluasi diri dan memutuskan mana yang baik dan jahat. Hati nurani juga dapat dilihat sebagai kesadaran moral atau pengetahuan moral yang berpengaruh pada pilihan dan perbuatan individu. Hati nurani yang membentuk pilihan manusia dan membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Hati nurani mempengaruhi pilihan individu dalam melakukan tindakan yang benar dan salah. Jika hati nurani terang karena iman dan pemahaman yang matang, maka individu akan lebih mengawasi diri dan tidak akan menggunakan kebebasannya untuk melakukan tindakan yang tidak mempengaruhi orang lain secara positif. Orang yang hati nurani nya masih murni, saat berbuat salah pasti memiliki rasa takut, contohnya: 

  • Setelah menerobos lampu merah merasa deg-degan, tangan dingin dan gemetar,  mengecek kaca spion. Dalam kasus tersebut hati nurani menuduh diri kita.

  • Saat memiliki konflik dengan sesama, rasanya ingin menghindar karena takut. Hal tersebut terjadi karena kita memiliki hati nurani.

  • Jika seseorang tidak berintegritas di tempat kerja, dalam hal ini misalnya mencuri ataupun memiliki sifat malas. Seseorang itu pasti merasa takut jika ketahuan dengan atasan. Dalam hal ini hati nurani juga turut ambil peran.

  • Saat seseorang berbuat selingkuh, pasti orang tersebut takut jika ketahuan dengan pasangannya. Hal ini terjadi karena ia masih memiliki hati nurani. 

Sebaliknya, jika orang berbuat salah dan tidak memiliki rasa takut hal tersebut berarti bahwa hati nurani nya sudah mati atau dalam kata lain disebut sebagai orang yang bebal, contohnya:

  • Seseorang yang menipu orang lain, membawa pergi uang yang menjadi hak orang lain. Dimana akhir-akhir ini terjadi dalam kasus investasi bodong. Saat akan ditangkap oleh pemerintah, mereka kabur atau hilang entah kemana, ataupun melakukan balik nama karena memiliki uang banyak, sehingga tidak bisa dilacak.

Tapi satu yang harus dipercaya, bahwa hidup orang tersebut tidak akan tenang hanya karena uang banyak, karena setiap orang memiliki hati nurani. Dosa dan pelanggaran yang seseorang lakukan pasti membuat stress yang luar biasa. 

Tahukah bahwa ketika kita merasa stress, akan memicu hormon kortisol dan hormon-hormon lainnya, yang mengakibatkan seseorang mengalami gejala gelisah, cemas, tidak tenang, gemetar, keringat dingin, telapak tangan basah, jantung berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, sesak nafas, susah konsentrasi, depresi, dan panic attack.  Sebenarnya mudah untuk mengatasi hal tersebut. Selidiki mengenai apa yang menjadi  akar lalu benahi. Justru bukan dengan mengeraskan hati, menolak hati nurani, menolak untuk taat, atau bahkan berusaha untuk menutupi dosa daripada bertobat. Hal inilah yang mencemarkan hati nurani.

Misalnya dapat kita lihat dari kasus pembunuhan, dimana pelaku tidak merasa bersalah setelah melakukan tindakan pembunuhan. Hal tersebut terjadi karena orang tersebut telah mengeraskan hatinya secara konsisten. Apalagi jika seseorang mengalami kepahitan, mereka tidak mau mengampuni. Mereka menolak dan tidak mau taat saat hati nurani bersuara.

Pada titik itu, seseorang harus mulai sadar bahwa dia sudah mulai mencemari hati nurani nya, bahkan hati nurani nya dapat menjadi tuli. Sebaliknya, kalau seseorang mengikuti batin dan hati nurani nya, orang tersebut akan dengan sungguh-sungguh memilih untuk bertobat, taat, melakukan sesuatu dalam kebenaran dan kebaikan, hidupnya akan menjadi lebih tenang, percaya diri, dan merasa lebih bahagia. 

Seperti yang tertulis dalam Matius 11:29, "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan". Maka dari itu, jika Tuhan mengizinkan seseorang untuk memikul beban yang dari Tuhan, seseorang harus belajar taat dan berusaha agar tidak mengeraskan hati.

Orang yang takut akan Tuhan jika diamati akan terlihat dari hidupnya, apakah dia berintegritas atau tidak. Integritas  berbicara soal kebenaran dalam hati nurani, dan tidak ada orang lain yang tahu mengenai apa yang kita buat itu benar atau salah, maupun yang kita katakan jujur atau tidak. Tapi orang yang takut akan Tuhan pasti berintegritas. Integritas adalah melakukan apa yang benar meski tidak dilihat orang. 

Ada 2 hal bagaimana kita belajar hidup dalam integritas. Pertama kita harus menjaga hati nurani kita untuk tetap murni, seperti yang dituliskan dalam:

1) Kisah para rasul 24:16 yang berkata "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." Ayat tersebut berkata bahwa, menjaga hidup kita dengan hati nurani yang murni itu harus diusahakan. Jadi kita harus berusaha, supaya kita senantiasa hidup dengan hati nurani yang murni dan baik dihadapan Allah maupun manusia.

Integritas hanya bisa lahir dari hati nurani yang murni (tidak melakukan apa yang jahat), meski tidak ada yang melihat bahwa apa yang kita lakukan benar. Meskipun tidak terdengar, meski tidak berbuat curang, meski tidak dilihat orang, itu adalah integritas dari hati nurani yang murni. Sama hal nya dengan perasaan yang akan membuat kita merasa tidak nyaman/gelisah ketika melanggar aturan, entah pada saat itu kita berbuat dosa ataupun ketika kita melakukan kesalahan atau berdusta, disini hati nurani kita turut ambil peran. Hal inilah yang mengartikan bahwa hati nurani seseorang masih murni. 1 Timotius 1:19 berkata begini, "Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,". 

Tuhan memberikan hati nurani kepada semua umat manusia, supaya kita bisa membedakan yang benar dan yang salah maupun yang baik dan yang buruk. Tuhan adalah Allah yang adil. Seseorang yang sudah percaya maupun seseorang yang belum atau bahkan tidak percaya sekalipun, tetap bisa membedakan apa yang benar dan yang salah maupun yang baik dan yang benar. Contohnya:

  • Seorang anak yang masih kecil, ketika dia diam-diam ingin mengambil uang orang tua nya, pasti ada perasaan deg-degan. Padahal saat itu tidak ada yang mengajarkan bahwa mencuri itu dosa. Tetapi disisi lain ketika kita semua merasa melakukan sesuatu yang salah, pasti merasa takut kalau kita ketahuan orang lain karena melanggar.

Kesimpulannya adalah ketika seseorang tahu dia salah, pasti ada perasaan takut, karena kita semua punya hati nurani.

Hati nurani adalah tempat Tuhan berbicara. Setiap kita, berapapun usia kita pasti punya hati nurani. Ada Waktu dimana Tuhan izinkan orang-orang untuk mengalami suara yang audible, bisa didengar oleh telinga jasmani. Ada Waktunya Tuhan itu berbicara lewat Alkitab melalui Firman dan inilah yang menjadi hal paling utama, artinya suara yang lain tidak pernah boleh bertentangan dengan apa yang ada di Alkitab. 

Lalu dimana tempat Tuhan berbicara kalau bukan lewat telinga jasmani kita masing-masing? Jawabannya, kita bisa mendengar suara tersebut melalui perantara, yaitu lewat nasehat orang lain maupun seorang hamba Tuhan. Suara hati nurani kita masing-masing, merupakan alat yang Tuhan pakai juga. Maka dari itu, kita perlu menjaga dengan sungguh-sungguh. 

Jangan abaikan suara hati nurani Tuhan. Kita harus hidup sedemikian rupa. Kalau orang lain yang berbicara, terkadang kita suka lupa. Tetapi kalau hati nurani yang berbicara, jangan abaikan karena itu adalah kehendak Tuhan didalam hidup kita. Alangkah indahnya kalau suara Tuhan melalui hati nurani kita, langsung kita responi. Ketika kita meresponi hati nurani yang berbicara tadi, percayalah bahwa kita akan bahagia. Sebagai orang tua, anak harus diberi ruang untuk belajar mendengarkan suara Tuhan melalui hati nurani nya. Tidak selalu keputusan mereka berasal dari orang tua. Ambillah keputusan untuk rendah hati dan taat mengikuti suara Tuhan sekecil apapun. 

Kenapa dari waktu ke waktu kita perlu rendah hati dan taat, izinkan Tuhan untuk koreksi kita sekali lagi? karena seringkali kita tidak sadar bahwa ada bahaya nya jika kita tidak rendah hati dan taat, yaitu "pembenaran diri sendiri". Maka dari itu penting bagi kita untuk terus melatih hati nurani kita seperti anak yang tidak tahu apa-apa. 

2) Selanjutnya dikatakan dalam 1 Timotius 1:18-19, "18) Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. 19) Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,". 

Selain melatih diri kita untuk menjaga hati tetap murni dengan cara rendah hati atau dengan kemauan mentaati tuntunan Tuhan, cara kita menjaga hati nurani kita tetap murni itu adalah dengan melakukan perjuangan yang baik. Perjuangan yang baik ternyata penting. Hidup ini tidak bisa kalau tidak ada tantangannya. Hidup ini tidak bisa kalau kita tidak diberi beban rohani dari Tuhan, karena kalau kita hidupnya enak, doa kita dijawab, justru bahaya. Bahaya karena kita akan semakin jauh dari Tuhan, kita akan semakin tidak peka dengan suara Tuhan, karena yang kita pikir "oh doa saya dijawab kok". 

Tetapi kalau kita mau seperti apa yang tadi paus katakan ke Timotius, bahwa setiap kita, setiap manusia sudah punya nubuatan, dan supaya dikuatkan dengan nubuatan itu. Kata Firman "kita memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman, dan hati nurani yang murni." Jadi yang mana dulu? mau menjaga hati nurani kita yang murni supaya kita bisa berjuang yang baik, atau melakukan perjuangan yang baik itu dengan sendirinya sambil kita dilatih supaya hati nurani kita tetap murni. Pilihan saya, cemplungkan diri untuk masuk dalam perjuangan yang baik sesuai dengan nubuatan itu, dorong diri dan orang terdekat kita untuk masuk dalam pelayanan, supaya mereka bukan hanya dengan bisa mempraktekkan Iman, tetapi hati nurani mereka juga dijaga agar tetap murni. 

Jangan menolak beban Ilahi. Jangan berpikir begini "beban hidup saya saja sudah besar, saya sendiri punya masalah yang tidak kunjung selesai." justru pilihlah untuk ambil perjuangan yang baik, yang Tuhan sudah tawarkan. Kembali lagi pada firman Tuhan dalam Matius 11:29 yang  berkata begini, "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan". Kuk yang dari Tuhan itu, akan menjaga hati nurani kita tetap murni. Jika seseorang yang ada dalam hubungan pacaran atau tahap menuju pasangan hidup, ingin hubungannya ada dalam sebuah pengurapan Tuhan sampai masuk pernikahan kudus, mendekatlah pada Tuhan. Jangan malah menjauhkan diri. Justru harus memiliki perjuangan baik. 

Jika kita ingin kehidupan kita dijaga, orang-orang tersayang kita dijaga, dihindarkan dari pergaulan yang salah, "I want a Fight the good fight of the faith", aku akan berjuang untuk perjuangan yang baik, aku akan memperjuangkan agenda Tuhan. Lebih baik aku menderita karena berbuat baik, daripada aku menderita karena berbuat jahat. Kadangkala bisa dengan mendoakan doa ekstrim, misalnya seperti: buat susah kalau kita keluar dari kehendak Tuhan. Mungkin orang lain ataupun orang yang tidak tahu makna tersirat dari doa tersebut merasa bahwa "jahat banget doanya minta orang lain dibuat susah" tapi memang terkadang melalui kesusahan bisa membuat kita ada di dalam kehendak Tuhan, lebih baik kita tetap susah. 

Lebih baik kita pikuk pada masa muda kita, lebih baik kita merasa deg-degan dalam hidup, seperti "Aduh Tuhan enggak bisa kalau bukan ini, pekerjaanku jangan sampai bangkrut karena kalau bangkrut nama Tuhan yang dirugikan. Bangkitkan Ya Tuhan, beri hikmat, strategi, tata ini supaya bisa berjalan dengan baik". Tidak masalah jika kita butuh waktu, contohnya kita bilang sama Tuhan seperti ini "Tuhan aku pengen melayani Tuhan tapi sekarang keluargaku sendiri seperti ini, pekerjaanku seperti ini" kita bisa berdoa dan minta sama Tuhan "Tuhan bantu aku supaya aku bisa segera kembali melayani" 

Jadikan perjuangan yang baik itu sebagai tujuan, untuk menjaga hati nurani kita tetap murni. Kita tidak mudah, sejak kita melayani Tuhan kita tidak gampang digoda untuk meninggalkan atau menukarkan nubuatan yang baik itu. Kita tidak akan gampang kecewa, karena kita tahu kita ini sedang dalam perjuangan.

Saya ingin mendorong para pembaca yang masih sibuk dengan diri sendiri. Dulu mungkin anda pernah melayani, tapi karena situasi dan kondisi yang selalu berubah dalam hidup (sudah menikah dan punya buah hati), tidak ada yang memastikan bahwa Tuhan memberi anda buah hati, supaya anda tidak bisa melayani dia, tidak begitu. Justru Tuhan memberi kepercayaan anda untuk punya buah hati, supaya anda nanti akan melayani bersama-sama dengan buah hati anda. Bisa dalam wujud Tuhan memberkati usaha anda dengan cabang baru, bukan supaya anda jauh dari Tuhan. Tetapi supaya anda semakin sungguh-sungguh. 

Setiap berkat yang dikirim Tuhan dalam kehidupan anda, mesti didoakan agar tidak menjadi sandungan dalam kehidupan anda. Justru dengan semakin diberkati, kita semakin sungguh-sungguh dengan Tuhan. Bahkan termasuk setiap masalah yang ada didalam kehidupan kita, kita bisa bilang didalam hati "Terima kasih Tuhan untuk masalah ini, karena dengan masalah yang Tuhan percayakan hadir kehidupan saya, saya jadi lebih sungguh-sungguh dengan Tuhan". Harus kita ingat bahwa tujuan Tuhan bukan cuma bebaskan kita dari masalah, tapi tujuan Tuhan adalah memakai hidup kita. Kita punya perjuangan yang baik.

Jadi, mari kita menjaga hati nurani kita tetap murni di hadapan Tuhan. Hati nurani kita juga Tuhan pakai untuk menjadi tempat dimana Tuhan memberitahukan rahasia-rahasianya. Tuhan pakai hati nurani kita untuk kita punya beban untuk orang lain. Tuhan juga pakai hati nurani kita untuk kita bisa, mendoakan orang lain. Tiba-tiba saja digerakkan untuk melakukan ini dan itu. Hati nurani kita tidak selalu urusannya dengan dosa, tapi urusannya dengan pemakaian dan pekerjaan Tuhan di dalam hidup kita.

Referensi

https://kbbi.web.id/kebebasan 

https://id.wikipedia.org/wiki/Hati_nurani 

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/6423/Etika%20Kristen.pdf?isAllowed=y&sequence=1 

https://alkitab.sabda.org/article.php?no=410&type=12 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun