Di setiap hembusan napas yang menggema,
kutemukan jejak kasih yang kau tinggalkan,
seperti pelukan lembut yang pernah kau bawa,
menemani langkah-langkah kecilku dahulu.
tempat aku berpulang dalam sunyi,
menyelam di lautan hangat cintamu,
terkubur dalam setiap lirih doamu.
Kini wajahmu hadir dalam remang senja,
dalam gemerisik angin, dalam rinai hujan,
seakan bisikmu tak pernah jauh,
menggetarkan relung-relung hati yang rapuh.
Kukenang memunculkanmu yang penuh harap,
senyuman yang tak pernah lelah menyemangati,
kau membuka arti ketulusan tanpa batas,
hingga semua luka sembuh di dekap kasihmu.
Meski kini engkau tiada di sisi,
namun kenanganmu tetap abadi,
bersinar hangat di sudut hatiku,
jadi rumah yang selalu kurindukan, tempatku pulang.
Selamat tinggal, atau sampai nanti,
doaku terbang menuju langit yang Anda singgahi.
Dalam setiap doa yang tak putus ini,
kupercaya, kasihmu tetap mengalir dalam hidupku.
Ada rindu yang tak lekang dimakan waktu,
meluruh di tiap detak jantung,
memanggil namamu, Mama, dalam hening yang tak putus.
Engkau, lentera pertama yang kumiliki,
yang tak pernah padam, meski kau tiada.
Di setiap sudut rumah ini,
tersimpan jejak langkahmu yang lembut,
tanganmu yang cekatan, merapikan segala yang berserak
dan senyummu, tempat kami melindungi
dari angin dingin kehidupan.
Kini, hanya kenangan yang tersisa,
merekah dalam ingatan, seperti bunga di taman senja,
tapi cintamu tak pernah berkurang,
setia mendekap hati yang merindu.
Engkau adalah rumah yang tak pernah pergi,
tempat semua kembali dalam hangatnya pelukmu.
Meski jarak telah memisah ya Mama,
kenanganmu tetap tinggal,
abadi di relung hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H