“Abis, Bang Je jadi aneh. Beda. Rada kinclong. Mata sampe nggak berkedip melihatMu,” belaku.
“Tapi, tetap ganteng kan?” goda Bang Je rada genit. Dia mengedipkan sebelah mataNya. Achhhh…., bisa aja abang ne…
“Kenapa kamu nggak berani melepas baju lamamu dan mencoba yang baru?”
Aku nggak langsung menjawab. PertanyaanNya yang gampang, tapi kok masih mikir juga menjawabnya.
“Malas aja kale.”
“malas apa keenakan?’
“Mmm…, bisa dua-duanya.”
“Nggak pengen ketika kamu bangun pagi, kamu seperti hidup baru, melepas semua masa lalu?”
Keningku berkerut. Beneran mikir, mengolah kalimatNya barusan.
“Aku menciptakan pagi berbeda-beda tiap harinya. Saat kau embus udara pagi yang segar, itu bukan lagi udara kemarin yang kau hirup. Langkah-langkah kaki menuju tempat menggapai citamu, itu tidak lagi langkah kaki kemarin. Biar jalur yang kau tempuh sama, tapi debu kemarin telah terbang jauh. Keringat yang bercucuran, itu adalah keringat hasil kerjamu hari ini saja. Lalu, kenapa kamu masih ingin menyimpan masa lalu itu dlam ingatanmu? Kenapa tidak dibiarkan hilang bersama angin dan detik waktu? Bukanlah kesusahan hari lalu sudah cukup untuk hari lalu?”
Hhh….