Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pamitnya Chester Cheetah dan Geliat Industri Makanan

21 Februari 2021   16:08 Diperbarui: 21 Februari 2021   20:23 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cheetos akan berhenti produksi di Indonesia mulai Agustus 2021(Ilustrasi: kompas.com)

Sifat utama dari produk hasil industri makanan dan minuman adalah perputarannya cepat dengan frekuensi tinggi dan kuantitas besar. Artinya perputaran uang lintas pelaku usaha yang terlibat juga sangat cepat dan besar. Hal ini berhubungan dengan daya beli masyarakat sebagai penentu tingkat konsumsi barang dan jasa.

Konsumsi makanan ringan sambil menonton tayangan televisi (Ilustrasi: takingretail.com)
Konsumsi makanan ringan sambil menonton tayangan televisi (Ilustrasi: takingretail.com)
Sehingga harga menjadi hal sensitif, karena pembeli akan selalu membandingkan harga satu produk dengan lainnya. Ukuran lainnya adalah kualitas produk dalam hal varian rasa yang dapat mengimbangi aspek persaingan harga. Produk yang dibanderol lebih mahal namun memiliki rasa yang sesuai dengan selera masyarakat  biasanya menjadi pilihan utama.

Dapat dikatakan jika persaingan di pasar makanan dan minuman tergolong ketat. Masyarakat dihadapkan pada banyak pilihan, sehingga guna menyiasatinya sering kali para produsen menawarkan promo, beli 2 gratis 1. Atau strategi lainnya adalah memasarkan kemasan dan produk lebih ekonomis supaya harganya semakin terjangkau.

Produk makanan ringan yang banyak digemari berbagai kalangan usia (Ilustrasi: eatthis.com)
Produk makanan ringan yang banyak digemari berbagai kalangan usia (Ilustrasi: eatthis.com)
Baik produsen kelas raksasa sampai pengrajin skala kecil di tingkat daerah memiliki pangsa pasar dan model usaha tersendiri. Kudapan tradisional yang sangat digemari di suatu daerah dapat bersaing dengan produk hasil pabrikan perusahaan besar, pangsa pasar pembelinya bisa berbeda, justru persaingan terjadi di kalangan para pengrajin kecil di daerah tersebut yang memilki pangsa pasar sama.

Demikian juga dengan proses produksi dan distribusi, produk hasil perusahaan besar diproduksi dalam kapasitas sangat banyak dengan jaringan distribusi luas, sebaliknya para pengrajin kecil mengandalkan proses produksi tradisional dan sistem distribusi yang terbatas wilayahnya. 

Akan tetapi keterbatasan produksi dan distribusi produk makanan lokal malah menjadi nilai tambah karena selain mewakili daya tarik khas suatu daerah, terkadang produk tersebut dianggap unik karena hanya dapat ditemui di daerah tertentu saja. Sehingga ketika masyarakat dari luar daerah berkunjung kecenderungannya adalah membeli produk lokal tersebut sebagai oleh-oleh.

***

Konon sebelum menjadi makanan rakyat jelata, kue balok dulunya adalah kudapan orang Belanda yang bermukim di Indonesia. Kue berbahan tepung terigu, margarin, gula dan telur ini pada dasarnya memiliki komposisi serupa dengan roti sebagai makanan utama orang Belanda.

Pada tahun 1950-an kue balok mulai dikenal di kota Bandung, harganya murah dan padat mengenyangkan, kue balok dijadikan menu kudapan favorit. Maka muncul istilah bahasa Sunda jibeh singkatan dari dahar hiji oge seubeuh, dalam bahasa Indonesia artinya makan satu saja sudah kenyang.

Kue balok bertranformasi menyesuaikan perkembangan zaman, sehingga varian rasanya beragam, tidak melulu mengandalkan rasa manis dari gula, masyarakat dapat mencicipi rasa cokelat ataupun lainnya. Bukti jika kudapan tradisional sederhana ini tetap hadir dan mampu bersaing meraih perhatian dari para pencari makanan ringan yang selalu rindu menikmati cita rasa kuliner, sekaligus menghidupi industri makanan dan minuman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun