Sifat utama dari produk hasil industri makanan dan minuman adalah perputarannya cepat dengan frekuensi tinggi dan kuantitas besar. Artinya perputaran uang lintas pelaku usaha yang terlibat juga sangat cepat dan besar. Hal ini berhubungan dengan daya beli masyarakat sebagai penentu tingkat konsumsi barang dan jasa.
Dapat dikatakan jika persaingan di pasar makanan dan minuman tergolong ketat. Masyarakat dihadapkan pada banyak pilihan, sehingga guna menyiasatinya sering kali para produsen menawarkan promo, beli 2 gratis 1. Atau strategi lainnya adalah memasarkan kemasan dan produk lebih ekonomis supaya harganya semakin terjangkau.
Demikian juga dengan proses produksi dan distribusi, produk hasil perusahaan besar diproduksi dalam kapasitas sangat banyak dengan jaringan distribusi luas, sebaliknya para pengrajin kecil mengandalkan proses produksi tradisional dan sistem distribusi yang terbatas wilayahnya.Â
Akan tetapi keterbatasan produksi dan distribusi produk makanan lokal malah menjadi nilai tambah karena selain mewakili daya tarik khas suatu daerah, terkadang produk tersebut dianggap unik karena hanya dapat ditemui di daerah tertentu saja. Sehingga ketika masyarakat dari luar daerah berkunjung kecenderungannya adalah membeli produk lokal tersebut sebagai oleh-oleh.
***
Konon sebelum menjadi makanan rakyat jelata, kue balok dulunya adalah kudapan orang Belanda yang bermukim di Indonesia. Kue berbahan tepung terigu, margarin, gula dan telur ini pada dasarnya memiliki komposisi serupa dengan roti sebagai makanan utama orang Belanda.
Pada tahun 1950-an kue balok mulai dikenal di kota Bandung, harganya murah dan padat mengenyangkan, kue balok dijadikan menu kudapan favorit. Maka muncul istilah bahasa Sunda jibeh singkatan dari dahar hiji oge seubeuh, dalam bahasa Indonesia artinya makan satu saja sudah kenyang.
Kue balok bertranformasi menyesuaikan perkembangan zaman, sehingga varian rasanya beragam, tidak melulu mengandalkan rasa manis dari gula, masyarakat dapat mencicipi rasa cokelat ataupun lainnya. Bukti jika kudapan tradisional sederhana ini tetap hadir dan mampu bersaing meraih perhatian dari para pencari makanan ringan yang selalu rindu menikmati cita rasa kuliner, sekaligus menghidupi industri makanan dan minuman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H