Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketika Perbankan Menghadapi Demam Corona

10 Maret 2020   07:00 Diperbarui: 10 Maret 2020   08:27 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa?

Karena perbankan memiliki peran terhadap lalu lintas keuangan serta modal. Penurunan ekonomi membuat kemampuan finansial ikut turun, sudah pasti ini merupakan situasi buruk bagi perbankan selaku penyokong jasa finansial. Corona sudah menebar ancaman demamnya kepada perbankan.

Ilustrasi: inews.id
Ilustrasi: inews.id
Hal ini diiringi juga jatuhnya harga komoditas, maka kemampuan pengelolaan likuiditas bagi pemilik modal bertambah berat, turut menahan kemampuan capital expenditure pelaku usaha. Bagaimana caranya memutar uang secara maksimal jika transaksi usaha sepi, demikian logika sederhananya.

Iklim usaha sedang tidak menggembirakan, pilihan bagi pemilik modal adalah menahan investasi, sedangkan usaha yang masih memiliki prospek digenjot namun dilakukan secara efisien.

Artinya sangat mungkin melakukan perampingan organisasi. Fakta semacam ini dapat berujung turunnya permintaan masyarakat terhadap kredit konsumsi.

Lantas bagaimana kondisi perbankan menghadapi demam corona? Melihat dari kecukupan modal, masih bisa bernafas lega karena secara umum tingkat kecukupan modal perbankan adalah 23,3%, tergolong tinggi.

Hanya saja risiko kredit turut meningkat, terutama segmen komersial (5,67%), UMKM (3,97%). Tingkat kredit bermasalah (non performing loan) segmen korporasi adalah 1,46% tapi harus menyikapi secara hati-hati potensi tumbuhnya kredit lain yang kualitasnya memburuk.

Ilustrasi: voanews.com
Ilustrasi: voanews.com
Dari aspek kemampuan likuiditas, tingkat Net Stable Funding Ratio cukup tinggi yaitu 128,7% dan Liquidity Coverage Ratio adalah 209,16%.

Rasio tersebut menyimpulkan perbankan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya, hanya saja ada kemungkinan bertambahnya sumber dana dari deposito yang bunganya lebih tinggi, sehingga akan menggerus pendapatan bunga.

Selanjutnya terkait prospek pertumbuhan kredit diprediksi akan tetap lambat, tentunya sehubungan lesunya dunia usaha. Permintaan kredit baru akan tetap ada, namun perbankan harus selektif memilih calon debitur, pembiayaan ditujukan kepada debitur yang prospek usahanya menjanjikan. Sulitnya kondisi ekonomi sudah pasti perbankan akan lebih berhati-hati menilai kelayakan debiturnya.

Tidak dapat dipungkiri jika kondisi saat ini tidak mudah bagi perbankan, terutama bagi bank kategori BUKU 1 dan BUKU 2, setelah keterbatasan modal serta jaringan tekanan ekonomi makro berikut imbasnya kepada dunia usaha memperparah pencapaian bisnisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun