Kopi Purwaceng
Setelah mengunjungi beberapa tempat tersebut ternyata cukup menguras tenaga dan terasa lelah. Akhirnya rombongan memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk beristirahat. Setelah membersihkan diri dan makan malam, justru saya mendapatkan sesuatu hal yang menarik bagi saya yaitu suguhan khas Dataran Tinggi Dieng, yaitu kopi purwaceng.
Dataran Tinggi Dieng terletak di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut. Pada malam hari rata-rata suhu daerah tersebut berkisar 6-10 derajat celcius. Tak dapat dipungkiri kawasan ini cukup dingin bagi penduduk dengan iklim tropis seperti Indonesia. Jika berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng sebaiknya membekali diri dengan baju hangat yang lengkap.
Pada malam harinya, saya merasakan udara yang cukup dingin. Sehingga hangatnya jagung bakar lumayan menghibur dan memberikan kenikmatan. Lalu saya disuguhi minuman tradisional yang berbahan dari tanaman purwaceng dengan campuran kopi. Sebagai pecandu kopi yang selalu tertarik dengan aneka ragam kopi, terutama kopi hitam, nama kopi purwaceng cukup menarik perhatian saya, sehingga saya pun tak ragu mencobanya. Ternyata rasanya cukup enak, karena kopi diseduh dengan campuran ramuan purwaceng dan beberapa rempah lainnya. Aroma mirip seduhan jamu cukup terasa disertai rasa hangat yang mengalir di tenggorokan. Saya pun terusik untuk bertanya mengenai purwaceng.
Dan bagian dari tanaman purwaceng yang diolah adalah bagian akarnya. Sehingga untuk kebutuhan konsumsi yang dapat diterima oleh masyarakat, maka purwaceng pada umumnya disajikan dengan dicampur kopi dan susu. Tetapi untuk mendapatkan efek nyata dari purwaceng ternyata harus dikonsumsi secara rutin selama 7-15 hari, sehingga konsumsi dalam jangka pendek tidak akan memiliki pengaruh yang signifikan.
 Karena kopi dan susu purwaceng merupakan hal yang menarik, saya pun membelinya dalam bentuk sachetsebagai oleh-oleh agar rekan-rekan di Jakarta dapat mencicipi rasa kopi dan susu purwaceng. Harganya tergolong mahal 1 boks berisi 10 sachet dibanderol seharga 80 ribu rupiah. Tetapi untuk rasa dan aromanya masih tergolong cukup nikmat.Â
Pada malam itu saya menghabiskan 3 cangkir kopi purwaceng, tetapi yang terasa adalah hangat dan sedikit mengusir rasa lelah. Ternyata saya menemukan tujuan pribadi saya yaitu mendapatkan pengetahuan dan pengalaman unik melalui mencicipi purwaceng.