Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hitokiri: Samurai Pembunuh Era Bakumatsu

23 November 2023   07:00 Diperbarui: 23 November 2023   07:05 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hitokiri tidak lagi dibutuhkan atau dihormati di era Meiji, yang membawa perubahan besar bagi Jepang, seperti modernisasi, industrialisasi, dan pembukaan hubungan dengan negara-negara Barat. Banyak hitokiri yang ditangkap, dihukum, atau dibunuh oleh pemerintah Meiji, yang ingin membersihkan jejak-jejak masa lalu yang kelam. Beberapa hitokiri yang selamat mencoba menyesuaikan diri dengan zaman baru, dengan meninggalkan gaya hidup mereka yang berlumuran darah, atau dengan bergabung dengan organisasi-organisasi baru yang muncul. Namun, banyak juga yang tidak bisa melupakan masa lalu mereka, dan terus hidup dalam bayang-bayang kenangan dan penyesalan.

Empat hitokiri paling terkenal pada era Bakumatsu, yaitu Kawakami Gensai, Kirino Toshiaki, Tanaka Shinbei, dan Okada Izō, juga mengalami nasib yang berbeda-beda di era Meiji. Demikianlah artikel tentang hitokiri, samurai pembunuh era Bakumatsu. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang Jepang. Terima kasih telah membaca.

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun