Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zhuge Liang: Ahli Strategi Militer Terkenal pada Periode Tiga Negara

2 November 2023   07:00 Diperbarui: 2 November 2023   07:15 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.angryasianman.com/images/angry/redcliff_takeshikaneshiro.jpg

Zhuge Liang adalah salah satu tokoh sejarah yang paling terkenal dan dihormati di Tiongkok. Ia adalah seorang ahli strategi militer yang sangat berbakat dan cerdas, yang berhasil memimpin dan membantu kerajaan Shu Han dalam menghadapi dua negara saingannya, yaitu Wei dan Wu, pada periode Tiga Negara (220–280 M). Ia juga adalah seorang penemu, penulis, dan filsuf yang memiliki banyak prestasi dan pengaruh dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan budaya. Ia dianggap sebagai simbol ideal dari seorang sarjana pejuang yang menghormati alam, menjunjung tinggi moralitas, dan berusaha mencapai kesempurnaan diri.

Kehidupan Awal Zhuge Liang

Zhuge Liang lahir pada tahun 181 M di daerah Yangdu (sekarang Yinan, Shandong). Ia berasal dari keluarga sarjana yang memiliki tradisi ilmu pengetahuan dan militer. Ayahnya, Zhuge Gui, adalah seorang pejabat pemerintahan yang juga ahli dalam bidang astronomi dan matematika. Ibunya, Lady Huang, adalah seorang wanita yang berpendidikan dan berbudi luhur. Zhuge Liang memiliki dua adik laki-laki, yaitu Zhuge Jun dan Zhuge Jin.

Sejak kecil, Zhuge Liang sudah menunjukkan bakat dan minat yang besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Ia gemar membaca buku-buku klasik dan mempelajari berbagai ilmu, seperti geografi, astronomi, matematika, fisika, kimia, biologi, dan lain-lain. Ia juga mahir dalam menulis puisi dan esai. Ia dikenal sebagai seorang anak yang cerdas, rajin, dan sopan.

Ketika ayahnya meninggal pada tahun 197 M, Zhuge Liang menggantikan posisinya sebagai pejabat pemerintahan di daerah Nanyang (sekarang Henan). Namun, ia tidak betah dengan pekerjaan itu karena ia merasa bahwa pemerintahan saat itu sudah korup dan tidak efektif. Ia juga tidak suka dengan situasi politik dan sosial yang kacau akibat pemberontakan Serban Kuning dan ambisi Cao Cao. Ia lebih suka hidup menyendiri di sebuah pondok di tengah hutan di Longzhong (sekarang Xiangyang, Hubei), di mana ia dapat menekuni ilmu pengetahuan dan sastra tanpa gangguan.

Pertemuan dengan Liu Bei dan Pengabdian kepada Shu Han

Pada tahun 207 M, Zhuge Liang bertemu dengan Liu Bei, seorang penguasa daerah yang ingin menegakkan kembali Dinasti Han yang telah runtuh. Liu Bei adalah keturunan dari Kaisar Jing dari Dinasti Han (188–141 SM) dan memiliki ambisi untuk menyelamatkan rakyat dari penderitaan perang dan mengembalikan kejayaan Dinasti Han. Liu Bei mendengar bahwa Zhuge Liang adalah seorang sarjana yang sangat berbakat dalam bidang militer, politik, dan ilmu pengetahuan. Ia ingin merekrut Zhuge Liang sebagai penasihatnya untuk menghadapi Cao Cao yang mengancam wilayah barat daya yang dikuasai Liu Bei.

Namun, Zhuge Liang tidak mudah ditemui. Ia hidup menyendiri di sebuah pondok di tengah hutan dan lebih suka membaca buku daripada terlibat dalam urusan dunia. Liu Bei harus mengunjungi Zhuge Liang sebanyak tiga kali sebelum akhirnya bisa bertemu dengannya. Pada kunjungan pertama dan kedua, Zhuge Liang tidak ada di rumah karena sedang bepergian. Liu Bei hanya bisa berbicara dengan adik Zhuge Liang, Zhuge Jun, yang memberitahu Liu Bei bahwa kakaknya tidak tertarik dengan pekerjaan pemerintahan. Pada kunjungan ketiga, Zhuge Liang sedang tidur siang di dalam pondoknya. Liu Bei menunggu di luar dengan sabar sampai Zhuge Liang bangun.

Ketika Zhuge Liang akhirnya muncul, Liu Bei langsung menyampaikan maksudnya untuk meminta bantuan Zhuge Liang. Ia mengatakan bahwa ia ingin menyelamatkan rakyat dari penderitaan perang dan mengembalikan kejayaan Dinasti Han. Ia juga mengatakan bahwa ia sangat mengagumi kecerdasan dan kebijaksanaan Zhuge Liang dan berharap Zhuge Liang mau menjadi penasihatnya. Zhuge Liang awalnya ragu-ragu untuk menerima tawaran Liu Bei. Ia merasa bahwa Liu Bei tidak memiliki cukup kekuatan dan sumber daya untuk melawan Cao Cao. Ia juga merasa bahwa Sun Quan, penguasa daerah lain yang menguasai wilayah tenggara, adalah saingan yang berbahaya bagi Liu Bei.

Namun, setelah mendengar penjelasan dan permohonan Liu Bei dengan tulus dan penuh semangat, Zhuge Liang akhirnya tergerak hatinya. Ia melihat bahwa Liu Bei adalah seorang pemimpin yang berjiwa ksatria, berbudi luhur, dan peduli dengan rakyatnya. Ia juga melihat bahwa Liu Bei memiliki dua sahabat setia, Guan Yu dan Zhang Fei, yang bersedia mati untuk mendukung Liu Bei. Ia merasa bahwa Liu Bei adalah orang yang pantas untuk menjadi kaisar baru dari Dinasti Han. Ia pun bersedia menjadi penasihat Liu Bei dan membantunya mewujudkan cita-citanya.

Dari sinilah awal dari hubungan kepercayaan antara Zhuge Liang dan Liu Bei. Keduanya saling menghormati dan menghargai sebagai guru dan murid, sahabat dan saudara, serta penguasa dan bawahan. Zhuge Liang memberikan nasihat-nasihat strategis kepada Liu Bei, baik dalam hal militer maupun politik. Ia juga membantu Liu Bei dalam mengatur pemerintahan, ekonomi, pendidikan, dan budaya di wilayah Shu Han. Ia menjadi tangan kanan dan otak dari Liu Bei dalam membangun kerajaannya.

Karier Militer Zhuge Liang

Zhuge Liang memiliki karier militer yang panjang dan gemilang sebagai ahli strategi Shu Han. Ia merancang dan memimpin beberapa kampanye militer yang berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia juga mampu mengantisipasi dan menghadapi berbagai situasi yang sulit dan tidak terduga dengan menggunakan kecerdikannya.

Salah satu kampanye militer terbesar yang dipimpin oleh Zhuge Liang adalah Pertempuran Chibi pada tahun 208 M. Dalam pertempuran ini, Zhuge Liang berhasil membujuk Sun Quan untuk bersekutu dengan Liu Bei melawan Cao Cao yang memiliki pasukan lebih dari 800 ribu orang. Dengan menggunakan taktik "pinjam angin timur" (借东风), Zhuge Liang berhasil menyalakan api pada kapal-kapal Cao Cao dengan menggunakan panah berapi yang ditembakkan oleh Huang Gai dari pihak Wu. Api ini menyebar dengan cepat karena angin timur yang bertiup kencang. Akibatnya, pasukan Cao Cao mengalami kekalahan telak dan terpaksa mundur.

Setelah Pertempuran Chibi, Tiongkok terbagi menjadi tiga negara besar, yaitu Wei yang dipimpin oleh Cao Cao, Wu yang dipimpin oleh Sun Quan, dan Shu yang dipimpin oleh Liu Bei. Zhuge Liang terus membantu Liu Bei dalam memperluas wilayah Shu di barat daya Tiongkok. Pada tahun 211 M, ia berhasil merebut daerah Hanzhong dari Wei dengan menggunakan taktik "pemerasan kota" (围城打援). Pada tahun 214 M, ia berhasil merebut daerah Yi (sekarang Sichuan dan Chongqing) dari Liu Zhang, seorang penguasa daerah yang tidak mau tunduk kepada Liu Bei. Dengan demikian, Zhuge Liang berhasil mengamankan basis kekuatan Shu di barat daya Tiongkok.

Pada tahun 219 M, Zhuge Liang mengalami kekalahan besar pertama dalam karier militernya. Ia gagal mempertahankan daerah Jingzhou dari serangan Wu yang dipimpin oleh Lu Meng. Akibatnya, ia kehilangan salah satu jenderal terbaiknya, Guan Yu, yang ditangkap dan dibunuh oleh Wu. Ia juga kehilangan daerah strategis yang menghubungkan Shu dan Wu. Kejadian ini sangat mengecewakan Liu Bei, yang merasa bahwa Zhuge Liang telah mengkhianati kepercayaannya.

Untuk menebus kesalahannya, Zhuge Liang berjanji kepada Liu Bei untuk membalas dendam kepada Wu dan merebut kembali Jingzhou. Ia mempersiapkan pasukan dan persediaan untuk menyerang Wu. Namun, sebelum ia dapat melaksanakan rencananya, Liu Bei meninggal pada tahun 223 M karena sakit. Sebelum wafat, Liu Bei mengamanatkan kepada Zhuge Liang untuk memulihkan Dinasti Han dan 'mengambil' alih kekuasaan kalau-kalau anaknya, Liu Shan, tidak becus dalam menjalankan negara.

Zhuge Liang menerima amanat Liu Bei dengan setia dan hormat. Ia tidak mau mengkhianati kepercayaan Liu Bei dengan merebut tahta dari Liu Shan. Sebaliknya, ia menjaga dan membimbing Liu Shan sebagai kaisar Shu Han meskipun ia tahu bahwa Liu Shan tidak memiliki bakat atau kemampuan untuk memimpin. Ia juga menolak tawaran Sun Quan untuk bergabung dengan Wu karena ia merasa bahwa itu akan mengkhianati kepercayaan Liu Bei.

Setelah kematian Liu Bei, Zhuge Liang fokus pada dua hal utama: mengamankan daerah selatan dan menyerang daerah utara. Ia ingin mengamankan daerah selatan dari ancaman pemberontakan suku-suku barbar seperti Nanman dan Qiang. Ia juga ingin menyerang daerah utara untuk merebut wilayah Wei dan memulihkan Dinasti Han.

Pada tahun 225 M, Zhuge Liang berhasil mengalahkan Nanman yang dipimpin oleh Meng Huo dengan menggunakan taktik "tujuh penangkapan" (七擒七纵). Ia berhasil menangkap dan melepaskan Meng Huo sebanyak tujuh kali sampai Meng Huo akhirnya bersedia menjadi sekutu Shu. Dengan demikian, ia berhasil mengamankan daerah selatan dari pemberontakan Nanman.

Pada tahun 227 M, Zhuge Liang memulai serangkaian ekspedisi militer ke utara untuk menyerang Wei. Ia berhasil merebut daerah Tian Shui dan Longxi dari Wei dengan menggunakan taktik "pemerasan kota" (围城打援) dan "pemecahan batu" (破石). Ia juga berhasil merekrut seorang jenderal Wei yang cakap, Jiang Wei, untuk bergabung dengan Shu. Jiang Wei kemudian menjadi murid dan penerus Zhuge Liang sebagai ahli strategi Shu.

Namun, Zhuge Liang juga menghadapi banyak kesulitan dan rintangan dalam ekspedisi militer ke utara ini. Ia harus berhadapan dengan pasukan Wei yang lebih besar dan lebih kuat daripada pasukannya sendiri. Ia juga harus berhadapan dengan Sima Yi, seorang ahli strategi Wei yang cerdik dan licik, yang sering mengganggu dan menghalangi rencana-rencana Zhuge Liang. Selain itu, ia juga harus berhadapan dengan masalah internal seperti kurangnya persediaan, pengkhianatan, dan penyakit.

Zhuge Liang tidak pernah menyerah dalam usahanya untuk memenuhi amanat Liu Bei. Ia terus berjuang dengan gigih dan cerdas sampai akhir hayatnya. Pada tahun 234 M, Zhuge Liang meninggal karena sakit di Wuzhang Plains saat memimpin ekspedisi militer kelima melawan Wei. Ia dimakamkan di Gunung Dingjun dan diberi nama anumerta Zhongwu (Loyal and Martial).

Kehebatan Zhuge Liang

Zhuge Liang memiliki banyak kehebatan yang membuatnya dihormati dan dikagumi oleh banyak orang. Berikut adalah beberapa contoh dari kehebatan Zhuge Liang:

- Kehebatan dalam bidang strategi militer. Zhuge Liang adalah seorang ahli strategi yang mampu merancang dan memimpin berbagai kampanye militer yang berhasil mengalahkan musuh-musuhnya. Ia juga mampu mengantisipasi dan menghadapi berbagai situasi yang sulit dan tidak terduga dengan menggunakan kecerdikannya. Salah satu contoh dari kehebatan strateginya adalah ketika ia berhasil mengalahkan pasukan Wei yang dipimpin oleh Sima Yi dengan menggunakan taktik "kayu kosong untuk mengintimidasi kota" (空城计). Dalam situasi ini, Zhuge Liang menghadapi pasukan Wei yang jauh lebih besar dan lebih kuat daripada pasukannya sendiri. Ia tidak punya pilihan lain selain mundur ke kota Xicheng. Namun, ia tidak menutup pintu gerbang kota atau mempersiapkan pertahanan apapun. Sebaliknya, ia membuka pintu gerbang kota dan duduk di atas menara dengan tenang sambil memainkan alat musik sheng. Ketika Sima Yi melihat hal ini, ia curiga bahwa Zhuge Liang pasti memiliki jebakan atau bala bantuan yang siap menyerang. Ia pun memerintahkan pasukannya untuk mundur dan tidak menyerang kota. Dengan demikian, Zhuge Liang berhasil menyelamatkan diri dan pasukannya dari bahaya dengan menggunakan kecerdikannya.

- Kehebatan dalam bidang penemuan dan ilmu pengetahuan. Zhuge Liang adalah seorang penemu yang menciptakan beberapa alat yang berguna untuk perang maupun perdamaian. Ia juga memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai bidang ilmu, seperti geografi, astronomi, matematika, fisika, kimia, biologi, dan lain-lain. Salah satu contoh dari kehebatan penemuannya adalah kereta kayu beroda empat yang dapat bergerak sendiri tanpa kuda (kemungkinan merupakan bentuk awal dari kendaraan bertenaga uap). Alat ini dapat mengangkut barang-barang berat atau orang-orang dengan cepat dan mudah. Alat ini juga dapat digunakan sebagai senjata untuk menabrak musuh atau sebagai perisai untuk melindungi diri dari panah atau tombak musuh. Alat ini sangat membantu Zhuge Liang dalam perjalanan dan peperangan di daerah pegunungan atau berpasir.

- Kehebatan dalam bidang sastra dan filsafat. Zhuge Liang adalah seorang penulis yang menulis beberapa karya sastra yang terkenal, seperti "Chu Shi Biao" (Memorial on the Expedition to the North), "The Way of the General" (tentang prinsip-prinsip perang), dan "The 24 Filial Exemplars" (tentang kisah-kisah anak yang berbakti kepada orang tua). Ia juga menulis puisi-puisi yang mengekspresikan perasaan dan pemikirannya tentang perang, politik, dan kehidupan. Ia juga adalah seorang filsuf yang mempelajari dan mengamalkan ajaran Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme. Ia menghormati alam, menjunjung tinggi moralitas, dan berusaha mencapai kesempurnaan diri. Ia juga dikenal sebagai orang yang rendah hati, setia, bijaksana, dan berani. Ia dianggap sebagai simbol ideal dari seorang sarjana pejuang di Tiongkok.

Pengaruh dan Inspirasi Zhuge Liang

Zhuge Liang tidak hanya menjadi tokoh sejarah yang penting bagi Tiongkok, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak generasi setelahnya, baik dalam dunia nyata maupun fiksi. Berikut adalah beberapa contoh dari pengaruh dan inspirasi Zhuge Liangadalah:

  - Pengaruh dalam bidang militer dan politik. Zhuge Liang dianggap sebagai salah satu ahli strategi militer terbaik dalam sejarah Tiongkok. Banyak jenderal dan pemimpin yang belajar dari karya-karya dan taktik-taktik Zhuge Liang, seperti Jiang Wei, Zhuge Ke, Lu Xun, Liu Ji, Yue Fei, Zhu Yuanzhang, Mao Zedong, dan lain-lain. Zhuge Liang juga dihormati sebagai salah satu pendiri dan penopang kerajaan Shu Han, yang merupakan salah satu dari Tiga Negara yang berperan penting dalam sejarah Tiongkok. Zhuge Liang juga dikenang sebagai salah satu loyalis terbesar Dinasti Han, yang merupakan dinasti yang berkuasa selama lebih dari 400 tahun di Tiongkok.

  - Pengaruh dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Zhuge Liang adalah seorang penemu yang menciptakan banyak alat yang berguna untuk perang maupun perdamaian. Beberapa penemuannya masih digunakan hingga saat ini, seperti kereta kayu beroda empat yang dapat bergerak sendiri tanpa kuda (kemungkinan merupakan bentuk awal dari kendaraan bertenaga uap), panah berapi yang dapat menembakkan ratusan panah sekaligus, dan kipas bulu yang dapat mengeluarkan asap untuk mengaburkan musuh. Zhuge Liang juga memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai bidang ilmu, seperti geografi, astronomi, matematika, fisika, kimia, biologi, dan lain-lain. Ia juga membuat peta topografi yang akurat dan alat musik yang disebut sheng.

  - Pengaruh dalam bidang sastra dan budaya. Zhuge Liang adalah seorang penulis yang menulis beberapa karya sastra yang terkenal, seperti "Chu Shi Biao" (Memorial on the Expedition to the North), "The Way of the General" (tentang prinsip-prinsip perang), dan "The 24 Filial Exemplars" (tentang kisah-kisah anak yang berbakti kepada orang tua). Ia juga menulis puisi-puisi yang mengekspresikan perasaan dan pemikirannya tentang perang, politik, dan kehidupan. Karya-karya sastra Zhuge Liang banyak dibaca dan dikutip oleh banyak orang, baik sebagai sumber inspirasi maupun sebagai bahan belajar. Zhuge Liang juga mempengaruhi budaya Tiongkok dengan cara-cara lain, seperti dengan mengamalkan ajaran Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme, dengan menghormati alam, dengan menjunjung tinggi moralitas, dan dengan berusaha mencapai kesempurnaan diri.

  - Inspirasi dalam dunia fiksi. Zhuge Liang adalah salah satu tokoh sejarah yang paling sering muncul dalam karya-karya fiksi, baik dalam bentuk novel, film, drama, komik, game, atau lainnya. Salah satu karya fiksi yang paling terkenal yang mengisahkan tentang Zhuge Liang adalah "Romance of the Three Kingdoms" (三国演义), sebuah novel sejarah klasik yang ditulis oleh Luo Guanzhong pada abad ke-14. Dalam novel ini, Zhuge Liang digambarkan sebagai seorang jenius yang memiliki kekuatan gaib dan dapat memprediksi masa depan. Ia juga digambarkan sebagai seorang loyalis yang setia kepada Liu Bei hingga akhir hayatnya. Novel ini sangat populer di Tiongkok dan di seluruh dunia, dan telah diadaptasi menjadi berbagai bentuk media lainnya. Selain itu, masih banyak karya fiksi lainnya yang terinspirasi oleh Zhuge Liang atau mengambil karakteristik dari Zhuge Liang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiktif.

Itulah beberapa contoh dari pengaruh dan inspirasi Zhuge Liang sebagai ahli strategi militer terkenal pada periode Tiga Negara. Semoga artikel ini dapat memberikan Anda wawasan baru tentang tokoh sejarah ini. Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang Zhuge Liang atau periode Tiga Negara secara umum, Anda dapat mencari informasi lebih banyak di internet atau di perpustakaan. Terima kasih telah membaca artikel ini.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun